Minggu, 18 Juli 2010

1. Abu Bakar bin abi Quhafah (Ash Shidiq)

0


Abu Bajar Ash-Shiddiq adalah orang yang pertama dari kalangan sahabat Rasulullah yang diberitakan masuk syurga (urutan pertama); dan ia adalah khalifah pertama yang pertama meneruskan perjuangan Rasullah saw. Setelah beliau wafat; dan ia pun orang yang pertama kali menerima ajaran Rasulullah (percaya kepada risalah yang dibawanya).

Abu Bakar itu adalah putra Abu Quhafah yang berasal dari suku/ kabilah yang sama dengan Rasulullah saw. Yaitu dari kabilah/suku Quraisy; meskipun dari keluarga yang berada. Abu Bakar ra. itu berasal dari keluarga Tamimi, sedangkan Rasulullah saw. berasal dari keluarga Hasyim

Abu Bakar adalah pedagang yang selalu memelihara kehormatan dan harga dirinya. Ia termasuk hartawan, mempunyai pengaruh yang sangat besar dan ia juga memiliki akhlak yang mulia. Sebelum dating Islam, iamenjadi kawan akrab dengan Muhammad saw. oleh karenanya sifatnya dan tabiatnya mirip dengan Muhammad saw. belum pernah dalam perjalanan hidupnya, ada orang yang menyaksikan bahwa Abu Bakar menyembah berhala, tidak pernah minum arak dan tidak pernah berdusta. Oleh karena itu tidaklah heran kalau berteman akrab dengan Muhammad saw. meskipun di kemudian hari Abu Bakar itu menjadi mertuanya Nabi Muhammad saw.
Nabi saw. selalu mengutamakan Abu Bakar daripada sahabat-sahabatnya yang lain, sehingga tampak menonjol di kalangan teman-teman sebayanya (di kalangan orang lain). Dari besarnya perhatian Rasulullah saw. kepadanya, maka irang sudah bisa merramalkan bahwa dia akan menjadi khalifah (pemimpin) yang sukses dalam setiap sikap dan pendirian dalam menghadapi tantangan kehidupan ini, Rasulullah saw. dalam sebuah haditsnya pernah bersabda yang menyanjung keimanan Abu Bakar: “Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh umat akan lebih berat keimanan Abu Bakar.” (HR. AL-Baihaqi).

Dalam Al-Qur’an juga banyak firman-firman Allah yang mengisyaratkan sikap dan tindakannya Abu Bakar, misalnya dalam soal kedermawanannya:

“Adapun orang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), misalnya Kami (Allah) kelak akan menyiapka baginya jalan yang mudah.” (QS. Al-Lail:5-7).

“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Teta[I (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhan Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.” (QS. Al-Lail:17-21).
Dan dalam firman-Nya yang lain Allah juga berjanji:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat:30).

Allah juga mengabadikan kejadian/peristiwa yang dialami oleh Abu Bakar dengan Muhammad saw. ketika berlindung di gua Tsur dari kejarang orang-orang kafir:
“ … sedangkan dia berdua dengan yang kedua (Abu Bakar), ketika deduanya berada dengan gua di waktu dea berkata kepada sahabatnya : “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. (QS. At-Taubah:40).

 Keimanan Abu Bajar Tanpa Keragu-raguan
Sahabar Abdullah Ibnu Abbas pernah ditanya: “Siapakah orang yang pertama kali menerima ajaran Muhammad saw. (beriman kepada Muhammad)?” Abdullah Ibnu Abbas menjawab: “ Abu Bakar Ash-Shiddiq.”

Ia mendapat gelar panggilah Ash-Shiddiq, karena ia selalau jujur, pendirian teguh dan selalu membenarkan apa yang dikatakan oeh Nabi. Perkataan/ucapan yang keluar dari mulut Rasulullah saw. selalu dibenarkan oleh Abu Bakar, dan diterimanya denga seratus tanpa keraguan sedikit pun.

Awal mulanya Abu Bakar masuk Islam ketika dia bertemu Muhammad Rasulullah saw. Ia bertanya: “ Hai Muhammad, apakah benar yang dituduhakan kaum Quraisy terhadapmu bahwa kamu meninggalkan tuhan-tuhan kita, merendahkan akal pikiran kita dan mengkhufuri ajaran-ajaran nenek moyang kita?” Muhammad saw menjawab: “ ya, benar. Sesungguhnya aku ini rasul Allah (utusan Allah) dan nabi-Nya,. Allah mengutusku adalah untuk menyampaikan risalah-Nya dan mengajakmu kepada Allah yang benar. Demi Allah, itu adalah haq. Aku (Muhammad) mengajakmu, hai Abu Bakar kepada Allah Yang Esa, tunggal, dan paruh dan taat kepada-Nya.

Kemudian Rasulullah Muhammad saw. membaca beberapa ayat Al Qur’an dengan serta merta Abu Bakar masuk Islam. Ia menkufuri patung dan berhala, dan ia menjadi mukmin yang benar dan tangguh.

Setelah dirinya masuk Islam, menerima ajaran-ajaran dan risalah yang dibawa oleh Muhammad, maka dia sebagai seorang pedagang yang jujur, dan terhormat di kalangan kaumnya, dia mengajaka orang-orang menuju kepada Allah, mengajak masuk Islam, mengajak menggunakan pila kehidupan ini diatur dengan Islam.

Abu Bakar adalah orng yang baik hati, ramah, pandai bergaul dengan kaumnya dan mudah jika berurusan dengannya. Dia termasuk keturunan bangsawan dengan suku Quraisy, dan yang paling banyak mengetahui kebaikan dan keburukan sukunya.

Orang-orang yang menerima ajakan Abu Bakar untuk masuk Islam, mau menuju kepada Allah, denganantara lain: Zubair bin Awwam;Usman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf. Mereka ini pergi menemui Rasulullah dengan diantar/disertai Abu Bakar. Rasulullah menawarkan Islam kepada mereka, lalu beliau membaca beberapa ayat Al Qur’an dab menjelaskan kebenaran ajaran Islam. Maka dengan serentak mereka menyambut dan menyatakan keislamannya. Mereka ini tergolong delapan pertama yang masuk Islam.

Satu lagi cerminan Abu Bakar Ash Shiddiq itu kepada Rasulullah saw. ialah ketika setelah peristiwa Isra yang dialami oleh Rasulullah, perjalanan satu malam dari masjidil harammenuju masjid Aqsha. Setelah peristiwa Isra’, maka orang-orang kafir Quraisy mendustakannya mendatangi Abu Bakar seraya berkata: “Hai Abu Bakar, apakah kamu mendengar apa yang diceritakan oleh temanmu itu (maskudnya Muhammad)?” Abu Bakar spontan menjawab tanpa ketakutan: “Demi Allah, kalau memang itu yang diucapkannya, pasti benar. Dia (Muhammad) memberitahu aku, bahwa berita-berita dari langit sampai ke bumi hanya dalam satu jam: baik malam atau siang aku selalu mempercayainya.”

 Gangguan yang Diterima Abu Bakar
Meskipun Abu Bakar mempunyai kedudukan yang terhormat dan mulia dalam linmgkungan kaumnya, tetapu ia juga mendapat gangguan, perlakuan yang tidak sononoh dar kaum Quraisy, akibat keimanannya terhadap ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammand (akibat masuk Islam).

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Aiti ‘Aisyah (putrid Abu Bakar): “Ketika kaum muslimin di Mekkah berjumlah sedikit mengalami tekanan dan penghinaan yang sangat dahsyat, abu Bakar minta izin kekpada Rasulullah saw. untuk hijrah ke Habasyah, maka Rasulullah mengizinkanna, dan pergilah Abu Bakar.
Ketiak sampai di suatu tempat yang bernama Burkulimad, ia Addaghnah bertanya: “Hendak kemana engkau hai Abu Bakar?” Abu Bakar menjawab: “Aku dipaksa keluar (dari Mekkah) oleh kaumku, dan aku ingin merantau di muka bumi sehingga aku dapat beribadah kepada Tuhanku, dengan baik.”

Ibnu Addahnah berkata: “ orang seperti engkau, hai Abu Bakar tidak boleh keluar atau dikeluarkan. Engkau adalah orang yang suka menolong orang yang papa,fakir miskin, suka bersilaturrahhim, suka menolong orang yang lagi sengsara dan lemah dan suka menghormati tamu. Aku bersedia menjadi pelindunmu. Kembalilah sekarang dan sembahlah Tuhanmy di negerimu.”

Maka, Abu Bakat pukang ke Mekkah bersama Ibnu Addaghnah, dan ia memberitahu orang Quraisy bahwa dialah yang melindungi Abu Bakar dan ia melarang siapapun yang mengganggu Abu Bakar.

Mengetahui hal itu (bahwa Abu baker mendapat perlindungan dari ibnu Addaghnah), maka kau Quraisy mengemukakan prasyaratan. Prasyaratannya ialah: Abu Bakar tidak akan diganggu asalkan ia tidak bersuara keras dalam beribadah karena dikhawatirkan kaum wanita dan anak-anak akan terpengaruh.
Setelah itu, Abu Bakar membangun sebuah mushollaa di halaman rumahnya. Ia shalat dan mengaji Al Qur’an di situ. Para wanita dan anak-anak kaum musyikin tertarik dan sering menyaksikanya.

Setiap habis mengji dan membaca Al Qur’an, Abu Bakar menangis di dalam musholla itu, sehingga para tokoh kaum musyrikin penasaran dan khawatir. Mereka lalu mengutus seorang untuk menemui Ibnu Addaghnah, seraya berkat: “Kami mengabulkan perlindunganmu terhadap Abu Bakar dengan syarat dia menyembah Tuhannya di rumahnya. Ia shalat dan membaca Al Qur’an dengan suara lantang. Kami semua takut anak-anak dan istri-istri kami terpengaruh. Oleh karena itu, laranglah/cegahlah dia. Kalau dia mau beribadah dan menyembah Tuhanna di rumahya, biarkanlah, tetapi kalau tidak mau, maka dia harus mengembalikan perlindunganmu.”

Kemudian Ibnu Addaghnah pergi menemui Abu Bakar seraya berkata: “ Engkau telah mengetahui perjanjianku dengan orang-orang Quraisy. Engkau tepai atau engkau kembalikan perjanjiaku?”

Abu Bakar berkata: “Aku kembalikan perlindunganmu, dan aku ridha dengan perlindungan Allah Azza wa Jalla.”

Sesudah Addaghnah pergi tidak melindunginya lagi, maka semakin gencar gangguan itu dihadapinya dengan lapang dada, kesabaran dan kekuatan iman.
Ibnu Ishaq berkata: “ pada suat ketika, Abu Bakar bersandar di dinding KA’bah.. lalu datanglah orang jahil yang tidak bermoral. Orang itu menghampiri Abu Bakar dn menaburkan pasir di atas kepala Abu Bakar.” Abu Bakar berkata (berdoa): “Ya, Tuhanku, alangkah sabar dan prmaaf Engkau. Ya Tuhanku, alangkah sabar dan prmaaf Engkau. Ya Tuhanku alangkah sabar dan prmaaf Engkau .”

 Kecintaan Abu Bakar kepada Rasulullah saw
Kecintaan Abu Bakar kepada Rasulullah bvuka didorong karena perngharapan dunia, arta kekayaan atau jabatan, akan tetapi didorong dan timbul dari aqidah dan keteguhan iman yang kuat. Kekuatan aqidah dan keteguhan Abu Bakar yang nyara dibukrtikan dalam segala situasi dan kondisi. Bukti yang nyata adalah ketika hijrah ke Madinah, untuk menghindari hinaan, cercaan dari orang-orang kafir Quraisy.

Al-Bakhaqi meriwayatkan bahwa di masa khalifah Umar ra. ada beberpa orang berbincang-bincang. Dalam perbincangan itu, orang-orang sama mengutamakan/menonjolkan Umar dari pada Abu Bakar. Berita tersebut sampai ke telinga Umar ra. lalu Umar berkata:

“Demi Allah, satu malam dari Abu Bakar lebih baik dari seluruh keluarga Umar. Satu hari Abu Bakar lebih baik dari seluruh keluarga Umar. Ketika Rasulullah saw. pergi menuju gua bersama Abu Bakar, sebentar-sebentar Abu Bakar berjalan di depan Rasulullah dn sebentar kemudian berada di belakang Rasulullh saw. bertanya: “Mengapa engkau berbuat begitu, jai Abu Bakar?” maka Abu Bakar menjawab: “Ya Rasulullah, aku ingat musuh mengerar di belakan, maka aku berjalan di belakangmu; ketika aku ingat bahwa musuh akan menghadan di depan, untuk mencelakakanmu, maka aku berjalan di depanmu.” Rasulullah saw. bertanya: “Hai Abu Bakar, kalau terjadi sesuatu apakah kamu lebih suka dirimu yang terkena dan bukan aku?” Abu Bakar menjawab: “Benar demikian, ya, Rasulullah. Demi yang mengutusmu dengan haq.” Ketika mereka berdua tiba di pintu gua, Abu Bakar berkata: “Tetaplah di tempatmu, ya, Rasul. Aku akan turun dulu untuk mengamankan gua.” Lalu Abu Bakat masuk ke dalam gua. Setelah diketahui gua itu aman, maka Abu Bakar berkat: “ Turulah, wahai Rasulullah!” Umar amat terharu dengan perlakuan Abu BAkar terhadap Rasulullah saw. maka dia berkata: Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, maka itu lebih baik dari seluruh keluarga Umar.”

 Sewaktu Perang Badar
Ketika kaum muslimin akan menghadapi perang Badar, maka keum muslimin bersiap-siap mengambil posisi si medan pertempuran; dna pada waktu itu Rasulullah masih khusuk memanjatkan doa: “Ya, Allah, jika Engkau binasakan kaum muslimin ini, maka Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi.” Pada saat itu Abu Bakar menghampiri Rasulullah seraya berkata: “Ya Rasulullah, tenangkanlah dirimu dan mantapkanlah hatimu. Sesungguhnya Allah pasti akan menepati janji-Nya dan sekali-kali tidak akan mengecewakanu!.” Mendengar perkataan Abu Bakar, hari Rasulullah saw. menjadi mantap dan tenang. Maka pantaslah bila Rasulullah saw. memberi gelar kepada Abu Bakar dengan Ash-Shiddiq (orang yang selalu benar dan membenarkan Muhammada sebagai rasul_nya).

 Peranan Abu Bakar Dalam Menghadapi PErjanjian Hudaibiyah
Pada waktu perjanjian Hudaibiyah (sebelum Mekkah dikuasai) kaum muslimin bersama Nabi saw. pergi ke Mekkah untuk berziarah ke Baitul Haram (Ka’bah). Hal itu sesuai dengan janji Rasulullah saw. kepada pafa sahabat untuk memasuki Mekkah. Ketika mereka sudah mendekati Mekkah, mereka melihat siolah-olah Ka’bah melambai-lambai menantikan kedatangan mereka. Harapan manis pun memenuhi mereka. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan berita pembatalahn ziarah atas perintah Rasulullah sesuai perintah Allah swt. Maka terjadilah kericuhan di lkalangan kaum muslimin.
Mereka tertanya kepada Rasulullah saw. “Ya, Rasulullah mengapa kita mengalah dalam urusan agama kita?” bahkan Umar pun berkata kekpadanya: “Ya, Rasulullah, bukankah kita berada diatas kebenaran dan mereka berada diatas kebatilah? Bukankah kita orang –orang beriman dan mereka orang-orang musyrik? Mengapa kita menerima penghinaan dalam urusan agama kit?” Rasulullah saw. menjawab: “Demikian itulah yang diperintahkan Allah kepadaku.”
Tetapi jawaban Rasulullah tersebut belum memuaskan Umar ra., maka dia pergi menemui Abu Bakar ra. dan berkata: “Bukankah kita semua sudah dijanjikan Nabi saw. untuk memasuki kota Mekkah?” Abu Bakar ra. menjawab: “Apakah Nabi saw. menjanjikan pada tahun ini? Alangkah kelirunya kau,hai Umar. Berpegang teguhlah kepada firasat beliau, dia benar-benar seorang rasul.” Demikian jawaban yang diberikan Abu Bakar ra. di saar kaum muslimin meragukan sabda Rasul-Nya, ia tetap beriman pada kebenaran Rasulullah saw.

 Kesetiakawanan, Persaudaraan dan Keimanan Abu Bakar
Selanjutnya kita mengetahui kesetiaan, persaudaraan serta keimanan yang dimiliki oleh Abu Bakar ra. melalui peristiwa di bawah ini.
Ketika tersiar berita wafatnya Rasulullah saw. umat Islam dilanda kepanikan, dan Umar pun kehilangan kendali dan kesadaran dirinya, maka Umar pun berkata dengan nada marah: “Muhammad, Rasulullah tidak mati. Barang siapa yang mengatakan bahwa Muhammad twlah mati, maka akan aku penggal lehernya.”
Maka pada waktu itu, Abu Bakar menghampiri Umar untuk menyadarkan dan menenteramkan hatinya dengan membacakan ayat Al Qur’an, yang seolah-olah Umar belum pernah mendengar ayat tersebut:

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apabila jika dia (Muhammad) itu wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?” (QS. Ali Imron: 144).

Mendengar nasihat ini, maka hati Umar menjadi tenteram dan ia pun segera menyadari kealpaannya.

Melihat sikap dan pendirian Abu Bakar itu, maka berkatalah Umar: “Tidakkah patur Abu Bakar itu memperoleh khabar gembira masuk syurga? Kalau dia (si Abu Bakar) itu tidak patut, maka siapa lagi yang patut dan berhak masuk syurga, padahal Rasulullah saw. telah bersabda:

“Jikalau aku boleh menunjuk dari hamba-hamba Allah seorang Kholil (kawan kesayangan), maka aku akan menunjuk Abu Bakar seorang kholil, tapi karena kesetiakawanan, persaudaraan dan keimananlah, sehingga Allah mengumpulkan kita bersama disisinya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Dalam soal infak, membelanjakan hartanya di jalan Allah, maka Abu Bakar adalah termasuk orang yang paling banyak mengorbankan diri dan hartanya di jalan Allah (menegakkan agama Allah). Abu Bakar pernah menebus tujuh orang mukmin yang paling setia, lalu dia merkekakan mereka itu dari dunia perbudakan. Oleh karena itu, Rasulullah saw. bersabda:

“Tidak seorang pun bermanfaat bagiku hartanya sebagaimana bermanfaat harta Abu Bakar.” (HR. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi).

Abu Bakar sebagai saudagar yang kaya rata, memanfaarkan kekayaanya di jalan Allah, ia membelanjakan hartanya untuk kepentingan Islam dan kaum muslimin. Baginya tidak ada gunanya mempunyai harta kalau tidak disalurkan kekpada kepentingan agama. Bukankah seluruh harta kekayaan yang kita miliki itu mutlak kepunyaan Allah? Kita ini hanya dititipi untuk memanfaatkannya sesuai dengan petunjuk dari pemiliknya.

Oleh karena itu, setiap kali ada panggilan infak fisabilillah, maka Abu Bakar segera mendatangi dan menghadap Rasulullah sambil menyerahkan seluruh harta miliknya. Rasulullah saw.bertanya: “ Apa yang kamu tinggalkan (sisihkan) untuk keluargamu dari hartamu, hai Abu Bakar? Abu Bakar menjawab: “Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Abu Na’im).

Itulah yang dikatakan keimanan yang sebenarnya. Dan itulah yang menyebabkan dia berthan dengan segala beban dalam rangka mensukseskan dakwah dan meninggikan kalimat Allah. Dan memang demikianlah seharusnya perilaku orang-orang beriman.

Pada suatu ketika Abu Bakar dipukul dan dianiaya oleh Utbah bin Rabi’ah beserta kawan-kawanya sampai pingkan. Setelahsadar, dia bertanya: “Bagaimanakah keadaan Rasulullah?” Para sahabat menjawab: “Rasulullah dalam keadaan selamat.” Abu Bakar berkata: “Demi Allah, aku tidak akan makan sesuap atau minum seteguk pun sebelum aku berjumpa dengan Rasulullah saw. ketika sudah bertemu dengan Rasulullah di sebuah rumah Daarul Arqom bin Abil Argom, Abu Bakar mohon kepada Rasulullah agar berdoa supaya ibunya mau masuk Islam. Maka Rasulullah berdoa dan Allah mengabulkan doa beliau. Dan ibunda Abu Bakar akhirnya masuk agama Islam.

 Sifat-sifat Utama Abu Bakar
Abu Bakar adalah seorang manusia yang rendah hati, lemah lembut terhadap sesame muslim tetapi keras terhadap musuh, tidak pernah belaku angkuh, apabila tertindak sewenang-wenang, baik terhadap semasa zaman jahiliyah maupun susudah masuk Islam, lebih-lebih sesudah dia menjabat sebagai khalifah. Kalau ada orang yang memujinya, dia hanya berkata: “Ya Allah, Engkau lebih mengeahui tentang diriku daripada aku sendiri.” Kalau pada saat dia naik unta, kemudian tali kendalinya jatuh, maka dia sendiri yang turun untuk mengambilnya. Ia tidak pernah menyuruh orang lain untuk mengambilnya.

Abu Bakar termasuk muslim yang pertama kali membebaskan perbudakan. Ia juga merupakan khalifah Rasulullah yang pertama: dan juga orang yang pertamadari sepuluh orang yang diberitakan/dijamin masuk syurga (Al-Muhasyasyariin bin Jannah).

Panggilan hati nuraninya mencegah makan dari sesuatu makanan yang dihasilkan dari sumber (penghasilan) yang meregukan kehalalannya. Ia selalu bersegera menyabut ajakan amal kebajikan dan santunan, seperti puasa sunah, menengok orang sakit, bersedekah, dan lain-lain sebagainya. Sehingga Umar berkata: “Aku tidak pernah mendahului Abu Bakar dalam mengamalkan kebajikan. Dia selalu mendahuluimu.”
 Penulisan dan Penghimpunan Al-Qur’an di Masa Khalifah Abu Bakar
Setelah Nabi saw. wafat dan Abu Bakar diangkat/dipilih sebagai khalifah (penerus ajaran Nabi). Maka terjadilah pembangkang membayar zakat dan gerakan keluar dari ajaran Islam (murtad) di bawah pimpinan Musailamah Al-Kadzdab. Gerakan ini segera direspon oleh Abu Bakar dengan mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Kholid din AL-Wahid. Maka terjadilah peperangan di Yamamah pada tahun 12 H. yang menimbulkan korban tidak sedikit di kalangan pasukan Islam termasuk 70 sahabat yang hafal (Hafidz) Al Qur’an terbunuh ebagai syuhada.

Peristiwa yang tragis itu mendorong Umar untuk menyarankan kepada Khalifah Abu Bakar agar segera dipilih ayat-ayat Al-Qur’an dalam mushaf/shuhuf, karena dikhawatirkan kehilangan sebagian Al Qur’an dengan wafatnya sebagian para penghafal Al-Qur’an. Karena pada waktu itu sebagian ayat-ayat Al-Qur’an banyak dihafal oleh pafa hafidz yang mati terbunuh dalam perang Yamamah, dan sebagian lagi ada ayat-ayat Al-Qur’an yang di tulis dalam batu-batuan dan dedaunan.

Ide atau usulan Umar itu diterima oleh Abu Bakar setelah diadakan diskusi dan pertimbangan-pertimbangan yang seksama. Kemudian khalifah Abu Bakar memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit agar segera menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu mushaf/shuhuf.

Zaid sangat berhati-hati dalam menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an, kelalipun dia sendiri hafal seluruh Al-Qur’an. Zabit tidak mau menerima tulisan ayat-ayat Al-Qur’an, kecuali kalau disaksikan dengan dua orang saksi yang adil bahwa ayat-ayat itu benar-benar ditulis di hadapan Nabi atas perintahnya atau petunjuknya

Tugas menghimpun ayat-ayat Al Qur’an itu dapat dilaksanakan oleh Zabit dalam waktu kurang lebih satu tahun,

Yakni antara sesudah terjadinya perang Yamamah dan sebelum wafat Abu Bakar. Dengan demikian, tercantum dalam sejarah bahwa Abu Bakar sebagai orang yang pertama-tama mempunyai ide menghimpun Al-Qur’an dan Zabit bin Tsabit sebagai orang yang pertama-tama melaksanakan penulisan dan penghimpunan Al-Qur’an dalam satu mushaf.

Mushaf Al-Qur’an karya Zabit itu kemudian disimpan oleh Abu Bkar sampai dia wafat. Kemudian dipindahkan kerumah Umar ra. sesudah Umar wafat, mushaf itu disimpan/dipindahkan ke rumah Hafhah, putrid Umar yang juga istri Rasulullah saw. sampai masa penyusunannya di masa khalifah Usman Ra.

Sayyidah Ali ra. pernah berkata: “Semoga rahmat Allah terlimpahkan kepada Abu Bakar ra. karena dialah yang paling besar ganjarannya dalam mengumpulkan AL-Qur’an.”

 Wasiat-wasiat Abu Bakar Kekpada Umar ra.
Abu Bakar Ash-Shiddiq semasa hidupnya pernah memberikan waiat-wasiat yang angat berharga dan sangat tinggi nilainya karena Umar ra. sekalipun wasiat-wasiat itu ditujuka kepada Umar, akan tetapi kita semua patut untuk mengambil pelajaran dari wasiat-wasiat Abu Bakar tersebut. Wasiat-wasiat Abu Bakar tersebut adalah sebagai berikut:

“Hai Umar ra. aku menunjuk engkau sebagai khalifah sesudahku dan berpesan kepadamu agar bertakwa kepada Allah. Bagi Allah, ada amalan yang harus dikerjakan pada siang hari yang tidak dapat diterima-Nya pada malam hari. Allah tidak akan menerima amalan tambahan (nafilah) sehingga dikerjakan yang wajib. Orang-orang yang berat timbangan amal kebjikannya di hari kiamat nanti adalah merek yang mengikuti kebenaran di dunia. Tetapi orang yang selama di dunia condong dan mengikuti kebtilan, maka timbangan kebajikannya akan ringan. Allah memanggil ahli syurga dengan menybut perbuatan mereka yang baik dan membatasi amal mereka yang buruk. Kalau aku ingat mereka, aku berkata: “Aku takut menjadi serupa mereka. Dan Allah memanggil ahli neraka dengan perbuatan mereka yang paling keji. Bila aku mengingat mereka, aku berkata: Aku berharap tidak menjadi serupa mereka. Allah menyebut ayat rahmat bersama dengan ayat azab dan siksa agar manusia tertarik untuk mengikuti, terancam lalu menjauhi kebatilan.”

Pesan selanjutnya:
“Hendaklah manusia mengharap kebajikan dari Allah, jangan menjeruuskan diri ke dalam kibinasaan. Kalau engkau telah meresapi pesan-pesanku ini, janganlah ada sasuatu yang ghaib yang paling engakau segani selain kematian yang pasti akan menimpa dirimu. Tapi kalau engkau mengesampingkan pesanku, maka tidak aa sesuatu yang ghaib yang lebih engkau benci daripada kematian dan engkau tidak akan bisa menghindar dari azab Allah.”

 Pujian Siti Aisyah terhadap Kebaikan Abu Bakar
Aisyah adalah putri Abu Bakar yang sekaligus menjadi istri Rasulullah saw.
Setelah Abu Bakar wafat, maka Siti ‘Aisyah berdiri dekat kuburan seraya berkata: “Allah menyinari wajahmu dan mensyukuri amal usahamu yang shaleh. Engkau merendahkan dunia dengan hidup membelakanginya dan engkau memuliakan akhirat dengan hidup mengahadapinya. Bencana paling besar sesudah wafatnya Rasulullah saw. adalah kematianmu dan musibah terbesar adalah kepergianmu dan sebaik-baik pengganti dari kamu. Aku akan memohon janji Allah dengan limpahan kesabaran dan dengan ikhlas aku akan memohon pengmpunan bagimu.”

 Wafatnya Abu Bakar
Abu Bakar wafar pada usia 63 tahun, sama dengan usia wafatnya Rasulullah saw. tepatnya pada hari senin malam selasa, antara Magrib dengan Isya’ tanggal 22 Jumadil akhir tahun 13 Hijriah. Abu Bakar menjabat kekhalifahan selama 2 tahun 3 bulan lebih 10 hari. Dia meninggalkan 5 irang anak, 3 laki-laki dan 2 perempuan, yaitu Abdullah, Abdurrahman, Muhammad, Aisyah, (istri Rasulullah saw) dan Asma’ (istri Zubair bin Awwan).

Selengkapnya...

Abu Bajar Ash-Shiddiq adalah orang yang pertama dari kalangan sahabat Rasulullah yang diberitakan masuk syurga (urutan pertama); dan ia adalah khalifah pertama yang pertama meneruskan perjuangan Rasullah saw. Setelah beliau wafat; dan ia pun orang yang pertama kali menerima ajaran Rasulullah (percaya kepada risalah yang dibawanya).

Abu Bakar itu adalah putra Abu Quhafah yang berasal dari suku/ kabilah yang sama dengan Rasulullah saw. Yaitu dari kabilah/suku Quraisy; meskipun dari keluarga yang berada. Abu Bakar ra. itu berasal dari keluarga Tamimi, sedangkan Rasulullah saw. berasal dari keluarga Hasyim

Abu Bakar adalah pedagang yang selalu memelihara kehormatan dan harga dirinya. Ia termasuk hartawan, mempunyai pengaruh yang sangat besar dan ia juga memiliki akhlak yang mulia. Sebelum dating Islam, iamenjadi kawan akrab dengan Muhammad saw. oleh karenanya sifatnya dan tabiatnya mirip dengan Muhammad saw. belum pernah dalam perjalanan hidupnya, ada orang yang menyaksikan bahwa Abu Bakar menyembah berhala, tidak pernah minum arak dan tidak pernah berdusta. Oleh karena itu tidaklah heran kalau berteman akrab dengan Muhammad saw. meskipun di kemudian hari Abu Bakar itu menjadi mertuanya Nabi Muhammad saw.
Nabi saw. selalu mengutamakan Abu Bakar daripada sahabat-sahabatnya yang lain, sehingga tampak menonjol di kalangan teman-teman sebayanya (di kalangan orang lain). Dari besarnya perhatian Rasulullah saw. kepadanya, maka irang sudah bisa merramalkan bahwa dia akan menjadi khalifah (pemimpin) yang sukses dalam setiap sikap dan pendirian dalam menghadapi tantangan kehidupan ini, Rasulullah saw. dalam sebuah haditsnya pernah bersabda yang menyanjung keimanan Abu Bakar: “Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh umat akan lebih berat keimanan Abu Bakar.” (HR. AL-Baihaqi).

Dalam Al-Qur’an juga banyak firman-firman Allah yang mengisyaratkan sikap dan tindakannya Abu Bakar, misalnya dalam soal kedermawanannya:

“Adapun orang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), misalnya Kami (Allah) kelak akan menyiapka baginya jalan yang mudah.” (QS. Al-Lail:5-7).

“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Teta[I (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhan Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.” (QS. Al-Lail:17-21).
Dan dalam firman-Nya yang lain Allah juga berjanji:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat:30).

Allah juga mengabadikan kejadian/peristiwa yang dialami oleh Abu Bakar dengan Muhammad saw. ketika berlindung di gua Tsur dari kejarang orang-orang kafir:
“ … sedangkan dia berdua dengan yang kedua (Abu Bakar), ketika deduanya berada dengan gua di waktu dea berkata kepada sahabatnya : “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. (QS. At-Taubah:40).

 Keimanan Abu Bajar Tanpa Keragu-raguan
Sahabar Abdullah Ibnu Abbas pernah ditanya: “Siapakah orang yang pertama kali menerima ajaran Muhammad saw. (beriman kepada Muhammad)?” Abdullah Ibnu Abbas menjawab: “ Abu Bakar Ash-Shiddiq.”

Ia mendapat gelar panggilah Ash-Shiddiq, karena ia selalau jujur, pendirian teguh dan selalu membenarkan apa yang dikatakan oeh Nabi. Perkataan/ucapan yang keluar dari mulut Rasulullah saw. selalu dibenarkan oleh Abu Bakar, dan diterimanya denga seratus tanpa keraguan sedikit pun.

Awal mulanya Abu Bakar masuk Islam ketika dia bertemu Muhammad Rasulullah saw. Ia bertanya: “ Hai Muhammad, apakah benar yang dituduhakan kaum Quraisy terhadapmu bahwa kamu meninggalkan tuhan-tuhan kita, merendahkan akal pikiran kita dan mengkhufuri ajaran-ajaran nenek moyang kita?” Muhammad saw menjawab: “ ya, benar. Sesungguhnya aku ini rasul Allah (utusan Allah) dan nabi-Nya,. Allah mengutusku adalah untuk menyampaikan risalah-Nya dan mengajakmu kepada Allah yang benar. Demi Allah, itu adalah haq. Aku (Muhammad) mengajakmu, hai Abu Bakar kepada Allah Yang Esa, tunggal, dan paruh dan taat kepada-Nya.

Kemudian Rasulullah Muhammad saw. membaca beberapa ayat Al Qur’an dengan serta merta Abu Bakar masuk Islam. Ia menkufuri patung dan berhala, dan ia menjadi mukmin yang benar dan tangguh.

Setelah dirinya masuk Islam, menerima ajaran-ajaran dan risalah yang dibawa oleh Muhammad, maka dia sebagai seorang pedagang yang jujur, dan terhormat di kalangan kaumnya, dia mengajaka orang-orang menuju kepada Allah, mengajak masuk Islam, mengajak menggunakan pila kehidupan ini diatur dengan Islam.

Abu Bakar adalah orng yang baik hati, ramah, pandai bergaul dengan kaumnya dan mudah jika berurusan dengannya. Dia termasuk keturunan bangsawan dengan suku Quraisy, dan yang paling banyak mengetahui kebaikan dan keburukan sukunya.

Orang-orang yang menerima ajakan Abu Bakar untuk masuk Islam, mau menuju kepada Allah, denganantara lain: Zubair bin Awwam;Usman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf. Mereka ini pergi menemui Rasulullah dengan diantar/disertai Abu Bakar. Rasulullah menawarkan Islam kepada mereka, lalu beliau membaca beberapa ayat Al Qur’an dab menjelaskan kebenaran ajaran Islam. Maka dengan serentak mereka menyambut dan menyatakan keislamannya. Mereka ini tergolong delapan pertama yang masuk Islam.

Satu lagi cerminan Abu Bakar Ash Shiddiq itu kepada Rasulullah saw. ialah ketika setelah peristiwa Isra yang dialami oleh Rasulullah, perjalanan satu malam dari masjidil harammenuju masjid Aqsha. Setelah peristiwa Isra’, maka orang-orang kafir Quraisy mendustakannya mendatangi Abu Bakar seraya berkata: “Hai Abu Bakar, apakah kamu mendengar apa yang diceritakan oleh temanmu itu (maskudnya Muhammad)?” Abu Bakar spontan menjawab tanpa ketakutan: “Demi Allah, kalau memang itu yang diucapkannya, pasti benar. Dia (Muhammad) memberitahu aku, bahwa berita-berita dari langit sampai ke bumi hanya dalam satu jam: baik malam atau siang aku selalu mempercayainya.”

 Gangguan yang Diterima Abu Bakar
Meskipun Abu Bakar mempunyai kedudukan yang terhormat dan mulia dalam linmgkungan kaumnya, tetapu ia juga mendapat gangguan, perlakuan yang tidak sononoh dar kaum Quraisy, akibat keimanannya terhadap ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammand (akibat masuk Islam).

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Aiti ‘Aisyah (putrid Abu Bakar): “Ketika kaum muslimin di Mekkah berjumlah sedikit mengalami tekanan dan penghinaan yang sangat dahsyat, abu Bakar minta izin kekpada Rasulullah saw. untuk hijrah ke Habasyah, maka Rasulullah mengizinkanna, dan pergilah Abu Bakar.
Ketiak sampai di suatu tempat yang bernama Burkulimad, ia Addaghnah bertanya: “Hendak kemana engkau hai Abu Bakar?” Abu Bakar menjawab: “Aku dipaksa keluar (dari Mekkah) oleh kaumku, dan aku ingin merantau di muka bumi sehingga aku dapat beribadah kepada Tuhanku, dengan baik.”

Ibnu Addahnah berkata: “ orang seperti engkau, hai Abu Bakar tidak boleh keluar atau dikeluarkan. Engkau adalah orang yang suka menolong orang yang papa,fakir miskin, suka bersilaturrahhim, suka menolong orang yang lagi sengsara dan lemah dan suka menghormati tamu. Aku bersedia menjadi pelindunmu. Kembalilah sekarang dan sembahlah Tuhanmy di negerimu.”

Maka, Abu Bakat pukang ke Mekkah bersama Ibnu Addaghnah, dan ia memberitahu orang Quraisy bahwa dialah yang melindungi Abu Bakar dan ia melarang siapapun yang mengganggu Abu Bakar.

Mengetahui hal itu (bahwa Abu baker mendapat perlindungan dari ibnu Addaghnah), maka kau Quraisy mengemukakan prasyaratan. Prasyaratannya ialah: Abu Bakar tidak akan diganggu asalkan ia tidak bersuara keras dalam beribadah karena dikhawatirkan kaum wanita dan anak-anak akan terpengaruh.
Setelah itu, Abu Bakar membangun sebuah mushollaa di halaman rumahnya. Ia shalat dan mengaji Al Qur’an di situ. Para wanita dan anak-anak kaum musyikin tertarik dan sering menyaksikanya.

Setiap habis mengji dan membaca Al Qur’an, Abu Bakar menangis di dalam musholla itu, sehingga para tokoh kaum musyrikin penasaran dan khawatir. Mereka lalu mengutus seorang untuk menemui Ibnu Addaghnah, seraya berkat: “Kami mengabulkan perlindunganmu terhadap Abu Bakar dengan syarat dia menyembah Tuhannya di rumahnya. Ia shalat dan membaca Al Qur’an dengan suara lantang. Kami semua takut anak-anak dan istri-istri kami terpengaruh. Oleh karena itu, laranglah/cegahlah dia. Kalau dia mau beribadah dan menyembah Tuhanna di rumahya, biarkanlah, tetapi kalau tidak mau, maka dia harus mengembalikan perlindunganmu.”

Kemudian Ibnu Addaghnah pergi menemui Abu Bakar seraya berkata: “ Engkau telah mengetahui perjanjianku dengan orang-orang Quraisy. Engkau tepai atau engkau kembalikan perjanjiaku?”

Abu Bakar berkata: “Aku kembalikan perlindunganmu, dan aku ridha dengan perlindungan Allah Azza wa Jalla.”

Sesudah Addaghnah pergi tidak melindunginya lagi, maka semakin gencar gangguan itu dihadapinya dengan lapang dada, kesabaran dan kekuatan iman.
Ibnu Ishaq berkata: “ pada suat ketika, Abu Bakar bersandar di dinding KA’bah.. lalu datanglah orang jahil yang tidak bermoral. Orang itu menghampiri Abu Bakar dn menaburkan pasir di atas kepala Abu Bakar.” Abu Bakar berkata (berdoa): “Ya, Tuhanku, alangkah sabar dan prmaaf Engkau. Ya Tuhanku, alangkah sabar dan prmaaf Engkau. Ya Tuhanku alangkah sabar dan prmaaf Engkau .”

 Kecintaan Abu Bakar kepada Rasulullah saw
Kecintaan Abu Bakar kepada Rasulullah bvuka didorong karena perngharapan dunia, arta kekayaan atau jabatan, akan tetapi didorong dan timbul dari aqidah dan keteguhan iman yang kuat. Kekuatan aqidah dan keteguhan Abu Bakar yang nyara dibukrtikan dalam segala situasi dan kondisi. Bukti yang nyata adalah ketika hijrah ke Madinah, untuk menghindari hinaan, cercaan dari orang-orang kafir Quraisy.

Al-Bakhaqi meriwayatkan bahwa di masa khalifah Umar ra. ada beberpa orang berbincang-bincang. Dalam perbincangan itu, orang-orang sama mengutamakan/menonjolkan Umar dari pada Abu Bakar. Berita tersebut sampai ke telinga Umar ra. lalu Umar berkata:

“Demi Allah, satu malam dari Abu Bakar lebih baik dari seluruh keluarga Umar. Satu hari Abu Bakar lebih baik dari seluruh keluarga Umar. Ketika Rasulullah saw. pergi menuju gua bersama Abu Bakar, sebentar-sebentar Abu Bakar berjalan di depan Rasulullah dn sebentar kemudian berada di belakang Rasulullh saw. bertanya: “Mengapa engkau berbuat begitu, jai Abu Bakar?” maka Abu Bakar menjawab: “Ya Rasulullah, aku ingat musuh mengerar di belakan, maka aku berjalan di belakangmu; ketika aku ingat bahwa musuh akan menghadan di depan, untuk mencelakakanmu, maka aku berjalan di depanmu.” Rasulullah saw. bertanya: “Hai Abu Bakar, kalau terjadi sesuatu apakah kamu lebih suka dirimu yang terkena dan bukan aku?” Abu Bakar menjawab: “Benar demikian, ya, Rasulullah. Demi yang mengutusmu dengan haq.” Ketika mereka berdua tiba di pintu gua, Abu Bakar berkata: “Tetaplah di tempatmu, ya, Rasul. Aku akan turun dulu untuk mengamankan gua.” Lalu Abu Bakat masuk ke dalam gua. Setelah diketahui gua itu aman, maka Abu Bakar berkat: “ Turulah, wahai Rasulullah!” Umar amat terharu dengan perlakuan Abu BAkar terhadap Rasulullah saw. maka dia berkata: Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, maka itu lebih baik dari seluruh keluarga Umar.”

 Sewaktu Perang Badar
Ketika kaum muslimin akan menghadapi perang Badar, maka keum muslimin bersiap-siap mengambil posisi si medan pertempuran; dna pada waktu itu Rasulullah masih khusuk memanjatkan doa: “Ya, Allah, jika Engkau binasakan kaum muslimin ini, maka Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi.” Pada saat itu Abu Bakar menghampiri Rasulullah seraya berkata: “Ya Rasulullah, tenangkanlah dirimu dan mantapkanlah hatimu. Sesungguhnya Allah pasti akan menepati janji-Nya dan sekali-kali tidak akan mengecewakanu!.” Mendengar perkataan Abu Bakar, hari Rasulullah saw. menjadi mantap dan tenang. Maka pantaslah bila Rasulullah saw. memberi gelar kepada Abu Bakar dengan Ash-Shiddiq (orang yang selalu benar dan membenarkan Muhammada sebagai rasul_nya).

 Peranan Abu Bakar Dalam Menghadapi PErjanjian Hudaibiyah
Pada waktu perjanjian Hudaibiyah (sebelum Mekkah dikuasai) kaum muslimin bersama Nabi saw. pergi ke Mekkah untuk berziarah ke Baitul Haram (Ka’bah). Hal itu sesuai dengan janji Rasulullah saw. kepada pafa sahabat untuk memasuki Mekkah. Ketika mereka sudah mendekati Mekkah, mereka melihat siolah-olah Ka’bah melambai-lambai menantikan kedatangan mereka. Harapan manis pun memenuhi mereka. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan berita pembatalahn ziarah atas perintah Rasulullah sesuai perintah Allah swt. Maka terjadilah kericuhan di lkalangan kaum muslimin.
Mereka tertanya kepada Rasulullah saw. “Ya, Rasulullah mengapa kita mengalah dalam urusan agama kita?” bahkan Umar pun berkata kekpadanya: “Ya, Rasulullah, bukankah kita berada diatas kebenaran dan mereka berada diatas kebatilah? Bukankah kita orang –orang beriman dan mereka orang-orang musyrik? Mengapa kita menerima penghinaan dalam urusan agama kit?” Rasulullah saw. menjawab: “Demikian itulah yang diperintahkan Allah kepadaku.”
Tetapi jawaban Rasulullah tersebut belum memuaskan Umar ra., maka dia pergi menemui Abu Bakar ra. dan berkata: “Bukankah kita semua sudah dijanjikan Nabi saw. untuk memasuki kota Mekkah?” Abu Bakar ra. menjawab: “Apakah Nabi saw. menjanjikan pada tahun ini? Alangkah kelirunya kau,hai Umar. Berpegang teguhlah kepada firasat beliau, dia benar-benar seorang rasul.” Demikian jawaban yang diberikan Abu Bakar ra. di saar kaum muslimin meragukan sabda Rasul-Nya, ia tetap beriman pada kebenaran Rasulullah saw.

 Kesetiakawanan, Persaudaraan dan Keimanan Abu Bakar
Selanjutnya kita mengetahui kesetiaan, persaudaraan serta keimanan yang dimiliki oleh Abu Bakar ra. melalui peristiwa di bawah ini.
Ketika tersiar berita wafatnya Rasulullah saw. umat Islam dilanda kepanikan, dan Umar pun kehilangan kendali dan kesadaran dirinya, maka Umar pun berkata dengan nada marah: “Muhammad, Rasulullah tidak mati. Barang siapa yang mengatakan bahwa Muhammad twlah mati, maka akan aku penggal lehernya.”
Maka pada waktu itu, Abu Bakar menghampiri Umar untuk menyadarkan dan menenteramkan hatinya dengan membacakan ayat Al Qur’an, yang seolah-olah Umar belum pernah mendengar ayat tersebut:

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apabila jika dia (Muhammad) itu wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?” (QS. Ali Imron: 144).

Mendengar nasihat ini, maka hati Umar menjadi tenteram dan ia pun segera menyadari kealpaannya.

Melihat sikap dan pendirian Abu Bakar itu, maka berkatalah Umar: “Tidakkah patur Abu Bakar itu memperoleh khabar gembira masuk syurga? Kalau dia (si Abu Bakar) itu tidak patut, maka siapa lagi yang patut dan berhak masuk syurga, padahal Rasulullah saw. telah bersabda:

“Jikalau aku boleh menunjuk dari hamba-hamba Allah seorang Kholil (kawan kesayangan), maka aku akan menunjuk Abu Bakar seorang kholil, tapi karena kesetiakawanan, persaudaraan dan keimananlah, sehingga Allah mengumpulkan kita bersama disisinya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Dalam soal infak, membelanjakan hartanya di jalan Allah, maka Abu Bakar adalah termasuk orang yang paling banyak mengorbankan diri dan hartanya di jalan Allah (menegakkan agama Allah). Abu Bakar pernah menebus tujuh orang mukmin yang paling setia, lalu dia merkekakan mereka itu dari dunia perbudakan. Oleh karena itu, Rasulullah saw. bersabda:

“Tidak seorang pun bermanfaat bagiku hartanya sebagaimana bermanfaat harta Abu Bakar.” (HR. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi).

Abu Bakar sebagai saudagar yang kaya rata, memanfaarkan kekayaanya di jalan Allah, ia membelanjakan hartanya untuk kepentingan Islam dan kaum muslimin. Baginya tidak ada gunanya mempunyai harta kalau tidak disalurkan kekpada kepentingan agama. Bukankah seluruh harta kekayaan yang kita miliki itu mutlak kepunyaan Allah? Kita ini hanya dititipi untuk memanfaatkannya sesuai dengan petunjuk dari pemiliknya.

Oleh karena itu, setiap kali ada panggilan infak fisabilillah, maka Abu Bakar segera mendatangi dan menghadap Rasulullah sambil menyerahkan seluruh harta miliknya. Rasulullah saw.bertanya: “ Apa yang kamu tinggalkan (sisihkan) untuk keluargamu dari hartamu, hai Abu Bakar? Abu Bakar menjawab: “Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Abu Na’im).

Itulah yang dikatakan keimanan yang sebenarnya. Dan itulah yang menyebabkan dia berthan dengan segala beban dalam rangka mensukseskan dakwah dan meninggikan kalimat Allah. Dan memang demikianlah seharusnya perilaku orang-orang beriman.

Pada suatu ketika Abu Bakar dipukul dan dianiaya oleh Utbah bin Rabi’ah beserta kawan-kawanya sampai pingkan. Setelahsadar, dia bertanya: “Bagaimanakah keadaan Rasulullah?” Para sahabat menjawab: “Rasulullah dalam keadaan selamat.” Abu Bakar berkata: “Demi Allah, aku tidak akan makan sesuap atau minum seteguk pun sebelum aku berjumpa dengan Rasulullah saw. ketika sudah bertemu dengan Rasulullah di sebuah rumah Daarul Arqom bin Abil Argom, Abu Bakar mohon kepada Rasulullah agar berdoa supaya ibunya mau masuk Islam. Maka Rasulullah berdoa dan Allah mengabulkan doa beliau. Dan ibunda Abu Bakar akhirnya masuk agama Islam.

 Sifat-sifat Utama Abu Bakar
Abu Bakar adalah seorang manusia yang rendah hati, lemah lembut terhadap sesame muslim tetapi keras terhadap musuh, tidak pernah belaku angkuh, apabila tertindak sewenang-wenang, baik terhadap semasa zaman jahiliyah maupun susudah masuk Islam, lebih-lebih sesudah dia menjabat sebagai khalifah. Kalau ada orang yang memujinya, dia hanya berkata: “Ya Allah, Engkau lebih mengeahui tentang diriku daripada aku sendiri.” Kalau pada saat dia naik unta, kemudian tali kendalinya jatuh, maka dia sendiri yang turun untuk mengambilnya. Ia tidak pernah menyuruh orang lain untuk mengambilnya.

Abu Bakar termasuk muslim yang pertama kali membebaskan perbudakan. Ia juga merupakan khalifah Rasulullah yang pertama: dan juga orang yang pertamadari sepuluh orang yang diberitakan/dijamin masuk syurga (Al-Muhasyasyariin bin Jannah).

Panggilan hati nuraninya mencegah makan dari sesuatu makanan yang dihasilkan dari sumber (penghasilan) yang meregukan kehalalannya. Ia selalu bersegera menyabut ajakan amal kebajikan dan santunan, seperti puasa sunah, menengok orang sakit, bersedekah, dan lain-lain sebagainya. Sehingga Umar berkata: “Aku tidak pernah mendahului Abu Bakar dalam mengamalkan kebajikan. Dia selalu mendahuluimu.”
 Penulisan dan Penghimpunan Al-Qur’an di Masa Khalifah Abu Bakar
Setelah Nabi saw. wafat dan Abu Bakar diangkat/dipilih sebagai khalifah (penerus ajaran Nabi). Maka terjadilah pembangkang membayar zakat dan gerakan keluar dari ajaran Islam (murtad) di bawah pimpinan Musailamah Al-Kadzdab. Gerakan ini segera direspon oleh Abu Bakar dengan mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Kholid din AL-Wahid. Maka terjadilah peperangan di Yamamah pada tahun 12 H. yang menimbulkan korban tidak sedikit di kalangan pasukan Islam termasuk 70 sahabat yang hafal (Hafidz) Al Qur’an terbunuh ebagai syuhada.

Peristiwa yang tragis itu mendorong Umar untuk menyarankan kepada Khalifah Abu Bakar agar segera dipilih ayat-ayat Al-Qur’an dalam mushaf/shuhuf, karena dikhawatirkan kehilangan sebagian Al Qur’an dengan wafatnya sebagian para penghafal Al-Qur’an. Karena pada waktu itu sebagian ayat-ayat Al-Qur’an banyak dihafal oleh pafa hafidz yang mati terbunuh dalam perang Yamamah, dan sebagian lagi ada ayat-ayat Al-Qur’an yang di tulis dalam batu-batuan dan dedaunan.

Ide atau usulan Umar itu diterima oleh Abu Bakar setelah diadakan diskusi dan pertimbangan-pertimbangan yang seksama. Kemudian khalifah Abu Bakar memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit agar segera menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu mushaf/shuhuf.

Zaid sangat berhati-hati dalam menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an, kelalipun dia sendiri hafal seluruh Al-Qur’an. Zabit tidak mau menerima tulisan ayat-ayat Al-Qur’an, kecuali kalau disaksikan dengan dua orang saksi yang adil bahwa ayat-ayat itu benar-benar ditulis di hadapan Nabi atas perintahnya atau petunjuknya

Tugas menghimpun ayat-ayat Al Qur’an itu dapat dilaksanakan oleh Zabit dalam waktu kurang lebih satu tahun,

Yakni antara sesudah terjadinya perang Yamamah dan sebelum wafat Abu Bakar. Dengan demikian, tercantum dalam sejarah bahwa Abu Bakar sebagai orang yang pertama-tama mempunyai ide menghimpun Al-Qur’an dan Zabit bin Tsabit sebagai orang yang pertama-tama melaksanakan penulisan dan penghimpunan Al-Qur’an dalam satu mushaf.

Mushaf Al-Qur’an karya Zabit itu kemudian disimpan oleh Abu Bkar sampai dia wafat. Kemudian dipindahkan kerumah Umar ra. sesudah Umar wafat, mushaf itu disimpan/dipindahkan ke rumah Hafhah, putrid Umar yang juga istri Rasulullah saw. sampai masa penyusunannya di masa khalifah Usman Ra.

Sayyidah Ali ra. pernah berkata: “Semoga rahmat Allah terlimpahkan kepada Abu Bakar ra. karena dialah yang paling besar ganjarannya dalam mengumpulkan AL-Qur’an.”

 Wasiat-wasiat Abu Bakar Kekpada Umar ra.
Abu Bakar Ash-Shiddiq semasa hidupnya pernah memberikan waiat-wasiat yang angat berharga dan sangat tinggi nilainya karena Umar ra. sekalipun wasiat-wasiat itu ditujuka kepada Umar, akan tetapi kita semua patut untuk mengambil pelajaran dari wasiat-wasiat Abu Bakar tersebut. Wasiat-wasiat Abu Bakar tersebut adalah sebagai berikut:

“Hai Umar ra. aku menunjuk engkau sebagai khalifah sesudahku dan berpesan kepadamu agar bertakwa kepada Allah. Bagi Allah, ada amalan yang harus dikerjakan pada siang hari yang tidak dapat diterima-Nya pada malam hari. Allah tidak akan menerima amalan tambahan (nafilah) sehingga dikerjakan yang wajib. Orang-orang yang berat timbangan amal kebjikannya di hari kiamat nanti adalah merek yang mengikuti kebenaran di dunia. Tetapi orang yang selama di dunia condong dan mengikuti kebtilan, maka timbangan kebajikannya akan ringan. Allah memanggil ahli syurga dengan menybut perbuatan mereka yang baik dan membatasi amal mereka yang buruk. Kalau aku ingat mereka, aku berkata: “Aku takut menjadi serupa mereka. Dan Allah memanggil ahli neraka dengan perbuatan mereka yang paling keji. Bila aku mengingat mereka, aku berkata: Aku berharap tidak menjadi serupa mereka. Allah menyebut ayat rahmat bersama dengan ayat azab dan siksa agar manusia tertarik untuk mengikuti, terancam lalu menjauhi kebatilan.”

Pesan selanjutnya:
“Hendaklah manusia mengharap kebajikan dari Allah, jangan menjeruuskan diri ke dalam kibinasaan. Kalau engkau telah meresapi pesan-pesanku ini, janganlah ada sasuatu yang ghaib yang paling engakau segani selain kematian yang pasti akan menimpa dirimu. Tapi kalau engkau mengesampingkan pesanku, maka tidak aa sesuatu yang ghaib yang lebih engkau benci daripada kematian dan engkau tidak akan bisa menghindar dari azab Allah.”

 Pujian Siti Aisyah terhadap Kebaikan Abu Bakar
Aisyah adalah putri Abu Bakar yang sekaligus menjadi istri Rasulullah saw.
Setelah Abu Bakar wafat, maka Siti ‘Aisyah berdiri dekat kuburan seraya berkata: “Allah menyinari wajahmu dan mensyukuri amal usahamu yang shaleh. Engkau merendahkan dunia dengan hidup membelakanginya dan engkau memuliakan akhirat dengan hidup mengahadapinya. Bencana paling besar sesudah wafatnya Rasulullah saw. adalah kematianmu dan musibah terbesar adalah kepergianmu dan sebaik-baik pengganti dari kamu. Aku akan memohon janji Allah dengan limpahan kesabaran dan dengan ikhlas aku akan memohon pengmpunan bagimu.”

 Wafatnya Abu Bakar
Abu Bakar wafar pada usia 63 tahun, sama dengan usia wafatnya Rasulullah saw. tepatnya pada hari senin malam selasa, antara Magrib dengan Isya’ tanggal 22 Jumadil akhir tahun 13 Hijriah. Abu Bakar menjabat kekhalifahan selama 2 tahun 3 bulan lebih 10 hari. Dia meninggalkan 5 irang anak, 3 laki-laki dan 2 perempuan, yaitu Abdullah, Abdurrahman, Muhammad, Aisyah, (istri Rasulullah saw) dan Asma’ (istri Zubair bin Awwan).

No Response to "1. Abu Bakar bin abi Quhafah (Ash Shidiq)"

Posting Komentar