Rabu, 21 Juli 2010

2. Umar Ibnu Khahthab (Al-Faruq)

0



Sayyidina Umar dari kalangan sahabat Rasulullah menepati urutang ke dua sebagai pejuang Islam setelah Abu Bakar Ash Shiddiq, dan menepato urutan ketiga sebagai dakwak Islam sesudah Rasulullah dan Abu Bakar.

Ia termasuk orang Al-Mubasyasyarin bin Jannah (yang diberitakan masuk surga) sesudah Abu Bakar.

Umar Ibnu Khathab berasal dari suku Quraisy dan bertemu dengan saudara sedaerah dengan Rasulullah saw. pada kakek mereka, yaitu Ka’ab bin Luai. Pada masa kanak-kanaknya ia mengembala domba milik ayahnya.

Sebelum masuk Islam, Umar adalah termasuk orang yang paling kejam dank eras dalam memusuhi Islam, termasuk ingin membunuh Muhammad, maka ia terkenal dengan singa darat. Dan setelah masuk Islam, ia adalah orang yang paling depan memusuhi orang-orang kafir, paling cinta kepada Rasulullah dan sangat peduli dengan Islam, dan paling tegas dalam memutuskan dengan panggilan/gelar Al-Faruq (pembela antara yang haq dengan yang bathil).

Umar Ibnu Khatab masuk Islam pada bulan Dzulhijrah pada tahun ke-6 sesudah kenabian dan kerasulan Muhammad saw. yang sebelumnya telah ada 39 laki-laki dan 23 perempuan yang masuk Islam, mendahului Umar.

Hidayah Allah yang Menyebabkan Umar Masuk Islam

Dalam kalangan kaumnya Umar Ibnu Khathab termasuk laki-laki yang paling kuat, paling berani, yang paling disegani dan berpengaruh, sehingga ia terkenal dengan singa padang pasir. Mendengar suara langkahnya saja, membuat bulu roma merinding dan hati dag dig dug.

Pada suat hari Umar berjalan sambil menyandang pedang menuju ke tempat dimana Raulullah dan para sahabatnya berkumpul sebanyak kira-kira 40 orang. Pada waktu itu Rasulullah sedang berkumpul di sebuah rumah dekat bukit Assofa. Dalam pertemuan itu terdapat paman beliau sendiri yaitu Hamzah bin Abdul Muthallib; Abu Bakar Ash-Shiddiq; Ali bin Abi Thalib dan lain-lain

Di tengah-tengah perjalanan menuju ke temat Rasulullah Umar ditegur oleh Nu’aim bin Abdullah, dan langsung bertanya: “Hendak ke mana engkau, hai Umar, singa padang pasir?” Umar menjawab: “Aku sedang mencari Muhammad, akan aku bunuh, karena dialah telah meninggalkan agama nenek moyang kita dan telah memecah belah kaum Quraisy. Dia telah menghina dan mencaci maki agama nenek moyang kita.”

Nu’aim berkata: “Demi Allah, rupanya kamu telah tertipu oleh dirimu sendiri! Apakah kamu mengira bani Abdi Manaf akan membiarkanmu berjalan leluasa di muka bumi sesudah kamu berhasil membunuh Muhammad? Sebaiknya kamu pulang saja ke rumahmu, selesaikan dulu urusan keluargamu sendiri!”

Umar bertanya penuh keheranan: “siapa yang kamu makskud dengan keluargaku itu, dan apa maksudny, hai, Nu’aim?”

Nu’aim menjawab dengan lirih: “Adik iparmu dan adikmu sendiri, Said bin Zaid dan Fatimah binti Khathab, telah masuk Islam, mengikuti agama yang dibawa Muhammad. Mereka itulah yang harus kamu selesaikan dulu.”

Medengar perkataan Nu’aim itu, maka naik pitamlah Umar Ibnul Khathab. Dengan penuh kemarahan Umar berubah haluan, semula menuju tempat Muhammad, sekarang menuju ke rumah keluarganya sendiri (ke rumah Sa’id bin Zaid dan fatimah).

Pada waktu itu di rumah Sa’id sedang berkunjung seorang sahabatnya, Khabbab Ibnu Arrat sedang membaca ayat-ayat Al Qur’an di halaman mereka berdua.

Ketika Umar datang, maka fatimah (adik Umar) cepat-cepat mengambil lembaran-lembaran yang berisikan ayat-ayat Al-Qur’an dan menyembunyikannya di bawah pahanya. Padahal ketika Umar mendekati rumahnya, sudah terdengar bacaan Khatbah, sehingga Umar bertanya kepada mereka: “Syair yang telah aku dengar dadi? Saya telah diberi tahu bahwa kalian berdua telah mengikuti ajaran Muhamma. “Setelah mengatakan demikian, langsung Umar menampar dan menyerang Sa’id (Suami Fatimah).

Melihat suaminya akan sianiaya oleh Umar, maka Fatimah melompat dan berusaha mencegah kekejama kakaknya (Umar). Tapi malah Fatimah terkena tamparan sampai keluar darah dari kepalanya.]

Kejadian itu tidak membuat hati Fatimah berkecil hati, tapi malah bengobarkan semangat dan keberanian dalam dirinya. Fatimah kemudianberkata kepada kakaknya (Umar) dengan suara lantang, gagah dan berani: “Memang benar! Demi Allah kami berdua telah mejadi pengikut Muhammad, mengikuti agama yang telah dibawa Muhammad, kami berdua telah masuk Islam, kami berdua telah beriman kepada Allah, Tuhan Muhammad. Sekarang perbuatlah sesuka hatimu terhadap kami berdua, kamu tidak akan gentar! Silahkan aniaya dan pukul kami!”

Melihat kucuran dara mengalir terus dikepala adiknya (Fatimah), Umar meresa menyesal dan merasa iba, lalu ia menahan amarahnya, dan dengan suari lirih Umar berkata: “Kalau begitu, berikan saja lembaran syair yang telah aku dengar tadi agar aku dapat mempertimbangkan apa yang telah diajarkan oleh Muhammad kepadamu.”

Fatimah kemudian memberikan lembaran ayat-ayat Al-Qur’an (yang disangka oleh Umar sebagi syair) kepada kakaknya. Lembaran itu baearisikan surat Thaha. Setelah selesai dibaca oleh Umar, maka Umar berkata: “Alangkah indahnya untaian kata-kata ini dan mulianya.”

Mendengar ucapan Umar itu, maka keluarlah Khabbab dri persembunyiannya serta berkata: “Hai Umar, demi Allah, aku berharap Allah telah memilihmu untuk menerima dakwah nabi-Nya. Kemarin aku mendengar Rasulullah saw. berdo: “Ya, Allah, teguhkanlah Islam ini dengan masuknya Abi Jahal atau Umar Ibnu Khathab sebagai orang Islam!”

Kemudian Umar berkata kepada Khabbab: “Wahai Khabbab tunjukkanlah padaku di mana Muhammad berada, aku akan menemuinya dan menyatakan masuk Islam di hadapannya,”

Setelah diberitahu oleh Khabbab keberadaan Muhammad beerta sahabatnya, maka Umar berangkat menuju tempat Muhammad sambil menyandang pedangnya. Dan sesampainya di pintu rumah di mana Muhammad dan para sahabat berada, lalu ia (Umar) mengetuk pintu.

Salah seorang sahabat Rasul mengintip dari celah pintu ternyata Umar yang dating sambil menyandang pedang yang terbungkus. Melihat demikian, para sahabat merasa ketakutan dan langsung memberitahu kepada Rasulullah saw.

Untuk melindungi keselamatan jiwa Rasulullah, maka Hamzah bi Abdul Muthallib berkata kepada Rasulullah: “Apakah engkau mengizinkan aku untuk menghadapinya? Kalau dia bermaksud baik, maka kita layani dengan baik, kalau bermaksud jahat maka kita layani dengan jahat pula.”

Rasulullah mengizinkan permintaanHamzah. Lalu Hamzah berkata: “Mau apa ke sini engkau, hai putra Khaththab (Umar)?” Umar menjawab: “Ya Rasulullah, aku datang untuk menyatakan beriman kepada Allah dan beriman kepada Rasul-Nya. Aku menyatakan masuk Islam dan mengikuti ajaran-ajaran yang dibawa oleh Muhammad.”

Terharu dan legalah Muhammad beserta sahabat lainnya setelah mendengar ucapan yang keluar dari mulut si pendekar daratan.

Rupannya hidayah Allah telah masuk de dalam kalbu Umar, dan ternyata doa Rasulullah telah terkabulkan dengan masuknya Umar salah seorang dari dua tokoh yang berpengaruh dan sangat disegani yaiti Abu Jahal dan Umar bin Khathab.

Allah telah menyelamatkan Umar dari jurang kesyirikan menuju kemuliaan Islam. Inilah pertama kaliny acahaya keimannan yang menyinri dan memuka hati Umar. Bagi Umar ayat-ayat Al-Qur’an adalah rahasia hidayah, penggerak dan penghidup hatinya.

Sesungguhnya dengan ini, Allah Ta’ala berfirman dala Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 23 (yang artinya):
“Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan (yaitu) Al-Qur’an yang sebagiannya menyerupai sebagian dan berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian jadi lembut kulit dan hatinya kerena mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah. Dia memberi petunjuk dengan kita itu siapa-siapa yang dikehendaki-Nya. Dan siapa yang disesatkan Allah, maka tiadalah baginya yang akan menunjuki.”

Tidak lama setelah menyetakan keislamannya, Umar bertanya kepada Rasulullah saw.: “Ya, Rasu;,mengapa kita sembunyi-sembunyi dalam menyiarkan agama kita, padalah kita berada di atas keenaran dan mereka (kaum kafir) berada di atas kebatilah?” Rasulullah saw. menjawab: “Jumlah kita sedikit, dan kamu sendiri telah memelihatnya.” Umar berkata:”Demi yang mengutus engkau dan haq, aku berjanji bahwa setiap jengkal tanah (tempat) yang pernah aku sebarkan dekafiran, akan aku datangi untuk menyebarkan keimanan dan ketauhidan.”

Komandan Perang dan Hijrah

Dan pada suatu hari Rasulullah saw. bersama kaumnya pergi menuju Ka’ bah dengan dua barisan. Barisan pertama di bawah pimpinan Hamzah, dan barisan kedua di bawah pimpinan Umar Ibnu Khathab. Kaum kafir yang melihat barisan kaum muslimin di bawah pimpinan Umar dan Hamzah tampak muram dan berkecil hati.

Juga pada suatu hari di mana kaum muslimin hendak hijrah ke Madinah, mereka seluruhnya meninggalkan kota Mekkah secara sembunyi-sembunyi, kecuali Umar yang hijrah, berangkat ke Madinah dengan terang-terangan.

Umar sengaja pergi pada siang hari dan melewati gerombolan-gerombolan Quraisy. Ketika melewati mereka, Umar berkata: “Aku akan meninggalkan Mekkah dan hijrah ke Madinah. Barang siapa yang ingin menjadikan ibunya kehilangan putranya atau ingin anaknya menjadi yatim, maka silakan menghadang aku di belakang lembah ini.”

Mendengar perkataan Umar yang gagah itu, tidak seorangpun yang berani membuntuti apalagi mencegahnya. Itulah kekuatan yang dimiliki Umar sejak awal keimanannya sampai dalam mengarungi seluruh kehidupannya.

Ketajaman dan Kelurusan Pikiran Umar

Tidak salah Rasulullah memberikan gelar kepada Umar Ibnul Khathab dengangelar Al-Faruq (orang yang pandai membedakan antara perkara haq dengan yang bathil)

Pada suatu ketika terjadi berita fitnah dan bohong (haditsulifki) yang melibatkan Siti ‘Aisyah (istri Rasulullah saw), maka Raulullah saw. bermusyawarah dengan beberapa tokoh sahabat untuk dimintai tanggapan/pendapatnya.

Ketika beliau berbicara/berdialog Umar ra., maka Umar berkata/memberikan tanggapannya: “Ya Rasul, siapakah yang mengawinkan engkau (Rasulullah Muhammad) dengan ‘Aisyah?” Nabi menjawab:”Allah-lah yang menhgawinkan aku dengan ‘Aisyah.” Umar berkata lagi: “Apakah Allah menipumu?” Raulullah berkata: ”Maha Suci Engkau, ya Allah, sesungguhnya ini adalah cerita bohong yang besar.” Setelah Rasulullah mengucaptakan kata-kata tersebut, lalu turunlah firman Allah (yang berdapat) dalam surat An-Nur ayat 16:
“Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas lagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau, ya, Tuhan kami, ini adalah dusta?kebohogan yang besar.”

Hal ini/kejadian semacam ini adalah sebuah contoh, dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang turun dalam rangka membenarkan pendapat/usulan/ide Umar ra.

Umar Ibu Khathab berkali-kali berkata pada Raulullah agar menjelaskan/memutuskan suatu keputusan yang memuaskan tentang hokum minum arak. Tidak lama kemudian setelah Umar berkali-kali berkata begitu, maka turunlah firman Allah Ta’ala yang menjelaskan tentang hukumnya arak/khomar:

“Hai orang-ornag yang beriman, esungguhnya (minuman) khomar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi masib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka dari itu jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kau mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah: 90).

Pada suatu ketika Rasulullah gendak menyalati Abdullah bin Ubai (salah seorang pemimpin kaum munafik) sebagai tanda simpatik kepada anak-anak/putra-putra Abdullah bin Ubai sebagai pejuang kaum muslimin; ditegur oleh Umar seraya berkata: Hai Rasulullah, bagaimana engkau menyelati orang munafik ini padalhk dialah yang pernah berkata: Orang-orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya.” (QS. Al-Munafiqun: 8).

Setelah Umar berkata begitu, maka turunlah ayat Al-Qur’an:
“Dan janganlah kamu sekali-kali menyalati (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan jangnlah kamu berdiri di kuburannya. Sesungguhnya mereka telah mengkhufuri Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dengan keadaan fasiq.” (QS. At_Taubah: 84).

Pada suatu hari ketika terjadi perang Badar, banyak kaum kafir Quraisy yang menjadi tawanan kaum muslimin. Dan pada biasanya bermusyawarah dengan para sahabatnya mengenai tindakan yang patut untuk diterima para tawanan itu. Hal itu dimusyawarahkan, karena Rasulullah saw. belum pernah diserahi ketegasan/ketetapan oleh Allah tentan kebijaksanaan perkara ini.

Maka Umar pun memberikan pendapatnya yaitu agar tawanan tersebut dibunuh saja; sedangkan Abu Bakar berpendapat para tawanan itu hendaklah dibebaskan dengan tebusan keluarga tawanan. Rasulullah mengambil usulan/pendapat Abu Bakar; tapi tak lama kemudian turunlah ayat yang menyatakan bahwa tawanan itu hendaklah dibunuh saja, yang mensuratkan bahwa Allah membenarkan perdapat Umar ra. ayat tersebut terdapat dalam surat Al-Anfal ayat 57. Abu Bakar yang mendengar ayat tersebut langsung menangis dan berkata: “Kalau sekiranya turun azab dari langit maka tidak akan selamat kecuali Umar.”

Kekhalifahan Umar, Keutamaan dan Perilakuya

Sebelum Abu Bakar wafat dan masih menjabat sebagai khalifah pernah berwasiat, bahwa ada suatu saat setelah sepeninggalanku (setelah wafat Abu Bakar) yang menggantikan aku dan meneruskan dakwah Islamiyah dan Umar Ibmu Khathtab. Umar Ibnu Khaththab sebagai kahlifah kedua dalam khulafaur rasyidin sesudah Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Setelah tampuk kepemimpinan/kekahalifahan diserahkan kepada Umar, maka banyak program pemerintahan Islam yang dikendalikan dengan melanjutkan siasat yang pernah diterapkan oleh Abu Bakar. Di antaranya yaitu:

a. Perlunya menempatkan panglima-panglima perang guna menakhlukkan daereh Syam (Siria) yang dijajah oleh Romawi Timur.
b. Menakhlukkan Persi di Irak.

Selama menjabar sebagai khalifah/menjalankan rod pemerintahan kaum muslimin, beliau mendapat gelar Amirul Mu’minin (pempinan orang-orang beriman).

Abdullah Ibnu Mas’ud ra. berkata: “Keislaman Umar adalah perintis jalan. Hijrahnya adalah kemenangan, sedangkan kepemimpinannya (khilafahnya) adalah merupakan rahmat (ilahiyah).”

Keislaman Umar adalah perintis, pembuka jalan, dan pendorong kaum muslimin dalam menyatakan keislaman mereka secara terbuka. Dengan adanya Umar, mereka berani melakukan shalat secara terang-terngan di hadapan masyarakat Quraisy tanpa takut diganggu.

Hijrahnya Umar merupakan kemenangan, sebab dialah yang paling bersikap tegas terhadap kaum yahudi dan kaum munafik di Madinah.

Kepemimpinan adalah rahmat, karena pada waktu itu kaum muslimin benarbenar dapat mengyati kehidupannya.

Setelah negeri Syam dapat diteklukkan dandirebut dari penjajah Romawi, Umar pergi mengunjungi Palestina. Dalam kunjunganya itu ia diminta memakai pakaian kebesaran dalam uatu upacara yang meriah. Tapi karena keteguhan dan kesadaran pada keimanannya, ia menolak semua itu dan ia tatap memakai pakaian sehari-hari.

Kepribadian yang dimiliki Umar itu telah ditempa dan dibima oleh Rasulullah saw. selama masih hidup beliau. Rasulullah saw. telah mampu membangun suatu umat, setelah mampu pula mendidik para sahabatnya seperti Abu Bakar, Umar menjadi kepemimpnan yang shaleh.

Umar ra. adalah salah seorang pemimpin umat dan dunia yang telah berhasil dibina, ditempa dan dipersiapkan oleh Rasulullah saw. utuk mengaku jabatn, janggung jawab, tanggung jewab dan mengurus segala persoalan dan peristiwa besar. Nama Umar ra. terpadu denan daulah Islam, kerajaan Persi dan Romawi dan semua kejrajaan yang tercatat dalam sejarah.

Tanpa Islam dan tanpa kenabian Muhammad orang tidak akan mendengat dan tidak akan mengetehui siapa itu Umar.

Abu Bakar memiliki sifat yang lemeh dan lembut dan tenang; sedangka Umar bersifat keras, tegas dan tegar. Itulah dua sifat yang telah dipadukan oleh Nabi saw.

Ketika menghadapi perang Badar, UMar ra. bersifat keras sua tawanan dibunuh, sedangkan Abu Bakar ra. mengusulkan agar mereka dibebaskan. Tetapi sebalikknya, ketika menghadapi kaum pembangkang (murtad) Umar ra. bersikap lunak, sedangkan Abu Bakar bersikap keras menindak mereka dengan perang.

Pada suat hari datang seorang utusan kaisar menemuninya dengan diantar oleh beberapa orang pengawak. Pada waktu itu Amirul Mukminin Umar Imbu Khaththab sedang tidur di kebun dengan berbantalkan batu bara. Melihat hal tersebut utusan kaisar berkata kepadanya: “Wahai Umar, sungguh engkau telah terbuat adil. Oleh kerena itu, engkau dapat tidur dengan enak dan aman.”

Umar ra. adalah orang yang rendah diri karena Allah; makanan dan pakaiannya sanggat sederhana. Ia tidak segan-segan membawa tempat minum di pundaknya. Ia juga menunggang kura tanpa pelan dan menunggang unta dengan berpelana daun. Tertawanya sedikit sjarang bergurau, tampak serius dan berwibawa. Umar ra. selalu memakai cincin bertuliskan/berukirkan
“Cukup kematian sebagai pelajaran, hai Umar.”

Umar ra. hanya mempunyai dua etel pakaian; tidak halal bagi Umar apabila mempunyai lebih dari dua pakaian. Pakaian yang satu digunakan untuk musim dinggin dan pakaian yang satunya digunakan pada musim panas.

Pada suat malam ketika Umar pergi ke masjid, dia mendengar tangis bayi di sebuah rumah. Mendengar tangis bayi yang menghina itu, dia menghampiri rumah tersebut. “Bertawakalkah kepada Allah, dan berlaku baiklah kepada bayimu.” Ketika pulang masih juga terdengar suara bayi tadi. Llau Umar mengetuk pintu rumah itu sekali lagi. Umar bertanya: “Mengapa semalam bayimu menangis?” Si ibu menjawab: “Wahai hamba Allah, aku mencoba memberikannya makan tetapi menolak.” Umar bertanya : “Mengapa?” Si ibu menjawab: “Bantuan pangan dari Umar hanya diperuntukkan untuk bayi yag sudah disapih.” Umar bertanya lagi: “ Berapa usia beyimu ini?” Si ibu menjawab: “Sekian bulan.” Umar bertanya lagi: “Kalau begitu cepat-cepat kau sapih anakmu.”

Sepanjang jalan Umar menangis dengan peristiwa tersebut dan ia berkat kepda dirinya sendiri: “Celakalah kamu Umar, berapa banyak anak kaum muslimin yang telah kamu bunuh. Setelah peristiwa itu, Umar menetapkan suatu keputusan yang diumumkan ke seluruh pelosok daerah dan wilayah. Bunyi urat keputusan itu ialah: “Jangan cepat-cepat menyapih bayi. Setiap bayi yang lahir mendapat tunjangan dari Negara.”

Keprihatian Umar Terhadap Anak-anak

Selengkapnya...


Sayyidina Umar dari kalangan sahabat Rasulullah menepati urutang ke dua sebagai pejuang Islam setelah Abu Bakar Ash Shiddiq, dan menepato urutan ketiga sebagai dakwak Islam sesudah Rasulullah dan Abu Bakar.

Ia termasuk orang Al-Mubasyasyarin bin Jannah (yang diberitakan masuk surga) sesudah Abu Bakar.

Umar Ibnu Khathab berasal dari suku Quraisy dan bertemu dengan saudara sedaerah dengan Rasulullah saw. pada kakek mereka, yaitu Ka’ab bin Luai. Pada masa kanak-kanaknya ia mengembala domba milik ayahnya.

Sebelum masuk Islam, Umar adalah termasuk orang yang paling kejam dank eras dalam memusuhi Islam, termasuk ingin membunuh Muhammad, maka ia terkenal dengan singa darat. Dan setelah masuk Islam, ia adalah orang yang paling depan memusuhi orang-orang kafir, paling cinta kepada Rasulullah dan sangat peduli dengan Islam, dan paling tegas dalam memutuskan dengan panggilan/gelar Al-Faruq (pembela antara yang haq dengan yang bathil).

Umar Ibnu Khatab masuk Islam pada bulan Dzulhijrah pada tahun ke-6 sesudah kenabian dan kerasulan Muhammad saw. yang sebelumnya telah ada 39 laki-laki dan 23 perempuan yang masuk Islam, mendahului Umar.

Hidayah Allah yang Menyebabkan Umar Masuk Islam

Dalam kalangan kaumnya Umar Ibnu Khathab termasuk laki-laki yang paling kuat, paling berani, yang paling disegani dan berpengaruh, sehingga ia terkenal dengan singa padang pasir. Mendengar suara langkahnya saja, membuat bulu roma merinding dan hati dag dig dug.

Pada suat hari Umar berjalan sambil menyandang pedang menuju ke tempat dimana Raulullah dan para sahabatnya berkumpul sebanyak kira-kira 40 orang. Pada waktu itu Rasulullah sedang berkumpul di sebuah rumah dekat bukit Assofa. Dalam pertemuan itu terdapat paman beliau sendiri yaitu Hamzah bin Abdul Muthallib; Abu Bakar Ash-Shiddiq; Ali bin Abi Thalib dan lain-lain

Di tengah-tengah perjalanan menuju ke temat Rasulullah Umar ditegur oleh Nu’aim bin Abdullah, dan langsung bertanya: “Hendak ke mana engkau, hai Umar, singa padang pasir?” Umar menjawab: “Aku sedang mencari Muhammad, akan aku bunuh, karena dialah telah meninggalkan agama nenek moyang kita dan telah memecah belah kaum Quraisy. Dia telah menghina dan mencaci maki agama nenek moyang kita.”

Nu’aim berkata: “Demi Allah, rupanya kamu telah tertipu oleh dirimu sendiri! Apakah kamu mengira bani Abdi Manaf akan membiarkanmu berjalan leluasa di muka bumi sesudah kamu berhasil membunuh Muhammad? Sebaiknya kamu pulang saja ke rumahmu, selesaikan dulu urusan keluargamu sendiri!”

Umar bertanya penuh keheranan: “siapa yang kamu makskud dengan keluargaku itu, dan apa maksudny, hai, Nu’aim?”

Nu’aim menjawab dengan lirih: “Adik iparmu dan adikmu sendiri, Said bin Zaid dan Fatimah binti Khathab, telah masuk Islam, mengikuti agama yang dibawa Muhammad. Mereka itulah yang harus kamu selesaikan dulu.”

Medengar perkataan Nu’aim itu, maka naik pitamlah Umar Ibnul Khathab. Dengan penuh kemarahan Umar berubah haluan, semula menuju tempat Muhammad, sekarang menuju ke rumah keluarganya sendiri (ke rumah Sa’id bin Zaid dan fatimah).

Pada waktu itu di rumah Sa’id sedang berkunjung seorang sahabatnya, Khabbab Ibnu Arrat sedang membaca ayat-ayat Al Qur’an di halaman mereka berdua.

Ketika Umar datang, maka fatimah (adik Umar) cepat-cepat mengambil lembaran-lembaran yang berisikan ayat-ayat Al-Qur’an dan menyembunyikannya di bawah pahanya. Padahal ketika Umar mendekati rumahnya, sudah terdengar bacaan Khatbah, sehingga Umar bertanya kepada mereka: “Syair yang telah aku dengar dadi? Saya telah diberi tahu bahwa kalian berdua telah mengikuti ajaran Muhamma. “Setelah mengatakan demikian, langsung Umar menampar dan menyerang Sa’id (Suami Fatimah).

Melihat suaminya akan sianiaya oleh Umar, maka Fatimah melompat dan berusaha mencegah kekejama kakaknya (Umar). Tapi malah Fatimah terkena tamparan sampai keluar darah dari kepalanya.]

Kejadian itu tidak membuat hati Fatimah berkecil hati, tapi malah bengobarkan semangat dan keberanian dalam dirinya. Fatimah kemudianberkata kepada kakaknya (Umar) dengan suara lantang, gagah dan berani: “Memang benar! Demi Allah kami berdua telah mejadi pengikut Muhammad, mengikuti agama yang telah dibawa Muhammad, kami berdua telah masuk Islam, kami berdua telah beriman kepada Allah, Tuhan Muhammad. Sekarang perbuatlah sesuka hatimu terhadap kami berdua, kamu tidak akan gentar! Silahkan aniaya dan pukul kami!”

Melihat kucuran dara mengalir terus dikepala adiknya (Fatimah), Umar meresa menyesal dan merasa iba, lalu ia menahan amarahnya, dan dengan suari lirih Umar berkata: “Kalau begitu, berikan saja lembaran syair yang telah aku dengar tadi agar aku dapat mempertimbangkan apa yang telah diajarkan oleh Muhammad kepadamu.”

Fatimah kemudian memberikan lembaran ayat-ayat Al-Qur’an (yang disangka oleh Umar sebagi syair) kepada kakaknya. Lembaran itu baearisikan surat Thaha. Setelah selesai dibaca oleh Umar, maka Umar berkata: “Alangkah indahnya untaian kata-kata ini dan mulianya.”

Mendengar ucapan Umar itu, maka keluarlah Khabbab dri persembunyiannya serta berkata: “Hai Umar, demi Allah, aku berharap Allah telah memilihmu untuk menerima dakwah nabi-Nya. Kemarin aku mendengar Rasulullah saw. berdo: “Ya, Allah, teguhkanlah Islam ini dengan masuknya Abi Jahal atau Umar Ibnu Khathab sebagai orang Islam!”

Kemudian Umar berkata kepada Khabbab: “Wahai Khabbab tunjukkanlah padaku di mana Muhammad berada, aku akan menemuinya dan menyatakan masuk Islam di hadapannya,”

Setelah diberitahu oleh Khabbab keberadaan Muhammad beerta sahabatnya, maka Umar berangkat menuju tempat Muhammad sambil menyandang pedangnya. Dan sesampainya di pintu rumah di mana Muhammad dan para sahabat berada, lalu ia (Umar) mengetuk pintu.

Salah seorang sahabat Rasul mengintip dari celah pintu ternyata Umar yang dating sambil menyandang pedang yang terbungkus. Melihat demikian, para sahabat merasa ketakutan dan langsung memberitahu kepada Rasulullah saw.

Untuk melindungi keselamatan jiwa Rasulullah, maka Hamzah bi Abdul Muthallib berkata kepada Rasulullah: “Apakah engkau mengizinkan aku untuk menghadapinya? Kalau dia bermaksud baik, maka kita layani dengan baik, kalau bermaksud jahat maka kita layani dengan jahat pula.”

Rasulullah mengizinkan permintaanHamzah. Lalu Hamzah berkata: “Mau apa ke sini engkau, hai putra Khaththab (Umar)?” Umar menjawab: “Ya Rasulullah, aku datang untuk menyatakan beriman kepada Allah dan beriman kepada Rasul-Nya. Aku menyatakan masuk Islam dan mengikuti ajaran-ajaran yang dibawa oleh Muhammad.”

Terharu dan legalah Muhammad beserta sahabat lainnya setelah mendengar ucapan yang keluar dari mulut si pendekar daratan.

Rupannya hidayah Allah telah masuk de dalam kalbu Umar, dan ternyata doa Rasulullah telah terkabulkan dengan masuknya Umar salah seorang dari dua tokoh yang berpengaruh dan sangat disegani yaiti Abu Jahal dan Umar bin Khathab.

Allah telah menyelamatkan Umar dari jurang kesyirikan menuju kemuliaan Islam. Inilah pertama kaliny acahaya keimannan yang menyinri dan memuka hati Umar. Bagi Umar ayat-ayat Al-Qur’an adalah rahasia hidayah, penggerak dan penghidup hatinya.

Sesungguhnya dengan ini, Allah Ta’ala berfirman dala Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 23 (yang artinya):
“Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan (yaitu) Al-Qur’an yang sebagiannya menyerupai sebagian dan berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian jadi lembut kulit dan hatinya kerena mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah. Dia memberi petunjuk dengan kita itu siapa-siapa yang dikehendaki-Nya. Dan siapa yang disesatkan Allah, maka tiadalah baginya yang akan menunjuki.”

Tidak lama setelah menyetakan keislamannya, Umar bertanya kepada Rasulullah saw.: “Ya, Rasu;,mengapa kita sembunyi-sembunyi dalam menyiarkan agama kita, padalah kita berada di atas keenaran dan mereka (kaum kafir) berada di atas kebatilah?” Rasulullah saw. menjawab: “Jumlah kita sedikit, dan kamu sendiri telah memelihatnya.” Umar berkata:”Demi yang mengutus engkau dan haq, aku berjanji bahwa setiap jengkal tanah (tempat) yang pernah aku sebarkan dekafiran, akan aku datangi untuk menyebarkan keimanan dan ketauhidan.”

Komandan Perang dan Hijrah

Dan pada suatu hari Rasulullah saw. bersama kaumnya pergi menuju Ka’ bah dengan dua barisan. Barisan pertama di bawah pimpinan Hamzah, dan barisan kedua di bawah pimpinan Umar Ibnu Khathab. Kaum kafir yang melihat barisan kaum muslimin di bawah pimpinan Umar dan Hamzah tampak muram dan berkecil hati.

Juga pada suatu hari di mana kaum muslimin hendak hijrah ke Madinah, mereka seluruhnya meninggalkan kota Mekkah secara sembunyi-sembunyi, kecuali Umar yang hijrah, berangkat ke Madinah dengan terang-terangan.

Umar sengaja pergi pada siang hari dan melewati gerombolan-gerombolan Quraisy. Ketika melewati mereka, Umar berkata: “Aku akan meninggalkan Mekkah dan hijrah ke Madinah. Barang siapa yang ingin menjadikan ibunya kehilangan putranya atau ingin anaknya menjadi yatim, maka silakan menghadang aku di belakang lembah ini.”

Mendengar perkataan Umar yang gagah itu, tidak seorangpun yang berani membuntuti apalagi mencegahnya. Itulah kekuatan yang dimiliki Umar sejak awal keimanannya sampai dalam mengarungi seluruh kehidupannya.

Ketajaman dan Kelurusan Pikiran Umar

Tidak salah Rasulullah memberikan gelar kepada Umar Ibnul Khathab dengangelar Al-Faruq (orang yang pandai membedakan antara perkara haq dengan yang bathil)

Pada suatu ketika terjadi berita fitnah dan bohong (haditsulifki) yang melibatkan Siti ‘Aisyah (istri Rasulullah saw), maka Raulullah saw. bermusyawarah dengan beberapa tokoh sahabat untuk dimintai tanggapan/pendapatnya.

Ketika beliau berbicara/berdialog Umar ra., maka Umar berkata/memberikan tanggapannya: “Ya Rasul, siapakah yang mengawinkan engkau (Rasulullah Muhammad) dengan ‘Aisyah?” Nabi menjawab:”Allah-lah yang menhgawinkan aku dengan ‘Aisyah.” Umar berkata lagi: “Apakah Allah menipumu?” Raulullah berkata: ”Maha Suci Engkau, ya Allah, sesungguhnya ini adalah cerita bohong yang besar.” Setelah Rasulullah mengucaptakan kata-kata tersebut, lalu turunlah firman Allah (yang berdapat) dalam surat An-Nur ayat 16:
“Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas lagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau, ya, Tuhan kami, ini adalah dusta?kebohogan yang besar.”

Hal ini/kejadian semacam ini adalah sebuah contoh, dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang turun dalam rangka membenarkan pendapat/usulan/ide Umar ra.

Umar Ibu Khathab berkali-kali berkata pada Raulullah agar menjelaskan/memutuskan suatu keputusan yang memuaskan tentang hokum minum arak. Tidak lama kemudian setelah Umar berkali-kali berkata begitu, maka turunlah firman Allah Ta’ala yang menjelaskan tentang hukumnya arak/khomar:

“Hai orang-ornag yang beriman, esungguhnya (minuman) khomar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi masib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka dari itu jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kau mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah: 90).

Pada suatu ketika Rasulullah gendak menyalati Abdullah bin Ubai (salah seorang pemimpin kaum munafik) sebagai tanda simpatik kepada anak-anak/putra-putra Abdullah bin Ubai sebagai pejuang kaum muslimin; ditegur oleh Umar seraya berkata: Hai Rasulullah, bagaimana engkau menyelati orang munafik ini padalhk dialah yang pernah berkata: Orang-orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya.” (QS. Al-Munafiqun: 8).

Setelah Umar berkata begitu, maka turunlah ayat Al-Qur’an:
“Dan janganlah kamu sekali-kali menyalati (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan jangnlah kamu berdiri di kuburannya. Sesungguhnya mereka telah mengkhufuri Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dengan keadaan fasiq.” (QS. At_Taubah: 84).

Pada suatu hari ketika terjadi perang Badar, banyak kaum kafir Quraisy yang menjadi tawanan kaum muslimin. Dan pada biasanya bermusyawarah dengan para sahabatnya mengenai tindakan yang patut untuk diterima para tawanan itu. Hal itu dimusyawarahkan, karena Rasulullah saw. belum pernah diserahi ketegasan/ketetapan oleh Allah tentan kebijaksanaan perkara ini.

Maka Umar pun memberikan pendapatnya yaitu agar tawanan tersebut dibunuh saja; sedangkan Abu Bakar berpendapat para tawanan itu hendaklah dibebaskan dengan tebusan keluarga tawanan. Rasulullah mengambil usulan/pendapat Abu Bakar; tapi tak lama kemudian turunlah ayat yang menyatakan bahwa tawanan itu hendaklah dibunuh saja, yang mensuratkan bahwa Allah membenarkan perdapat Umar ra. ayat tersebut terdapat dalam surat Al-Anfal ayat 57. Abu Bakar yang mendengar ayat tersebut langsung menangis dan berkata: “Kalau sekiranya turun azab dari langit maka tidak akan selamat kecuali Umar.”

Kekhalifahan Umar, Keutamaan dan Perilakuya

Sebelum Abu Bakar wafat dan masih menjabat sebagai khalifah pernah berwasiat, bahwa ada suatu saat setelah sepeninggalanku (setelah wafat Abu Bakar) yang menggantikan aku dan meneruskan dakwah Islamiyah dan Umar Ibmu Khathtab. Umar Ibnu Khaththab sebagai kahlifah kedua dalam khulafaur rasyidin sesudah Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Setelah tampuk kepemimpinan/kekahalifahan diserahkan kepada Umar, maka banyak program pemerintahan Islam yang dikendalikan dengan melanjutkan siasat yang pernah diterapkan oleh Abu Bakar. Di antaranya yaitu:

a. Perlunya menempatkan panglima-panglima perang guna menakhlukkan daereh Syam (Siria) yang dijajah oleh Romawi Timur.
b. Menakhlukkan Persi di Irak.

Selama menjabar sebagai khalifah/menjalankan rod pemerintahan kaum muslimin, beliau mendapat gelar Amirul Mu’minin (pempinan orang-orang beriman).

Abdullah Ibnu Mas’ud ra. berkata: “Keislaman Umar adalah perintis jalan. Hijrahnya adalah kemenangan, sedangkan kepemimpinannya (khilafahnya) adalah merupakan rahmat (ilahiyah).”

Keislaman Umar adalah perintis, pembuka jalan, dan pendorong kaum muslimin dalam menyatakan keislaman mereka secara terbuka. Dengan adanya Umar, mereka berani melakukan shalat secara terang-terngan di hadapan masyarakat Quraisy tanpa takut diganggu.

Hijrahnya Umar merupakan kemenangan, sebab dialah yang paling bersikap tegas terhadap kaum yahudi dan kaum munafik di Madinah.

Kepemimpinan adalah rahmat, karena pada waktu itu kaum muslimin benarbenar dapat mengyati kehidupannya.

Setelah negeri Syam dapat diteklukkan dandirebut dari penjajah Romawi, Umar pergi mengunjungi Palestina. Dalam kunjunganya itu ia diminta memakai pakaian kebesaran dalam uatu upacara yang meriah. Tapi karena keteguhan dan kesadaran pada keimanannya, ia menolak semua itu dan ia tatap memakai pakaian sehari-hari.

Kepribadian yang dimiliki Umar itu telah ditempa dan dibima oleh Rasulullah saw. selama masih hidup beliau. Rasulullah saw. telah mampu membangun suatu umat, setelah mampu pula mendidik para sahabatnya seperti Abu Bakar, Umar menjadi kepemimpnan yang shaleh.

Umar ra. adalah salah seorang pemimpin umat dan dunia yang telah berhasil dibina, ditempa dan dipersiapkan oleh Rasulullah saw. utuk mengaku jabatn, janggung jawab, tanggung jewab dan mengurus segala persoalan dan peristiwa besar. Nama Umar ra. terpadu denan daulah Islam, kerajaan Persi dan Romawi dan semua kejrajaan yang tercatat dalam sejarah.

Tanpa Islam dan tanpa kenabian Muhammad orang tidak akan mendengat dan tidak akan mengetehui siapa itu Umar.

Abu Bakar memiliki sifat yang lemeh dan lembut dan tenang; sedangka Umar bersifat keras, tegas dan tegar. Itulah dua sifat yang telah dipadukan oleh Nabi saw.

Ketika menghadapi perang Badar, UMar ra. bersifat keras sua tawanan dibunuh, sedangkan Abu Bakar ra. mengusulkan agar mereka dibebaskan. Tetapi sebalikknya, ketika menghadapi kaum pembangkang (murtad) Umar ra. bersikap lunak, sedangkan Abu Bakar bersikap keras menindak mereka dengan perang.

Pada suat hari datang seorang utusan kaisar menemuninya dengan diantar oleh beberapa orang pengawak. Pada waktu itu Amirul Mukminin Umar Imbu Khaththab sedang tidur di kebun dengan berbantalkan batu bara. Melihat hal tersebut utusan kaisar berkata kepadanya: “Wahai Umar, sungguh engkau telah terbuat adil. Oleh kerena itu, engkau dapat tidur dengan enak dan aman.”

Umar ra. adalah orang yang rendah diri karena Allah; makanan dan pakaiannya sanggat sederhana. Ia tidak segan-segan membawa tempat minum di pundaknya. Ia juga menunggang kura tanpa pelan dan menunggang unta dengan berpelana daun. Tertawanya sedikit sjarang bergurau, tampak serius dan berwibawa. Umar ra. selalu memakai cincin bertuliskan/berukirkan
“Cukup kematian sebagai pelajaran, hai Umar.”

Umar ra. hanya mempunyai dua etel pakaian; tidak halal bagi Umar apabila mempunyai lebih dari dua pakaian. Pakaian yang satu digunakan untuk musim dinggin dan pakaian yang satunya digunakan pada musim panas.

Pada suat malam ketika Umar pergi ke masjid, dia mendengar tangis bayi di sebuah rumah. Mendengar tangis bayi yang menghina itu, dia menghampiri rumah tersebut. “Bertawakalkah kepada Allah, dan berlaku baiklah kepada bayimu.” Ketika pulang masih juga terdengar suara bayi tadi. Llau Umar mengetuk pintu rumah itu sekali lagi. Umar bertanya: “Mengapa semalam bayimu menangis?” Si ibu menjawab: “Wahai hamba Allah, aku mencoba memberikannya makan tetapi menolak.” Umar bertanya : “Mengapa?” Si ibu menjawab: “Bantuan pangan dari Umar hanya diperuntukkan untuk bayi yag sudah disapih.” Umar bertanya lagi: “ Berapa usia beyimu ini?” Si ibu menjawab: “Sekian bulan.” Umar bertanya lagi: “Kalau begitu cepat-cepat kau sapih anakmu.”

Sepanjang jalan Umar menangis dengan peristiwa tersebut dan ia berkat kepda dirinya sendiri: “Celakalah kamu Umar, berapa banyak anak kaum muslimin yang telah kamu bunuh. Setelah peristiwa itu, Umar menetapkan suatu keputusan yang diumumkan ke seluruh pelosok daerah dan wilayah. Bunyi urat keputusan itu ialah: “Jangan cepat-cepat menyapih bayi. Setiap bayi yang lahir mendapat tunjangan dari Negara.”

Keprihatian Umar Terhadap Anak-anak

No Response to "2. Umar Ibnu Khahthab (Al-Faruq)"

Posting Komentar