Rabu, 21 Juli 2010

2. Umar Ibnu Khahthab (Al-Faruq)

0


Sayyidina Umar dari kalangan sahabat Rasulullah menepati urutang ke dua sebagai pejuang Islam setelah Abu Bakar Ash Shiddiq, dan menepato urutan ketiga sebagai dakwak Islam sesudah Rasulullah dan Abu Bakar.

Ia termasuk orang Al-Mubasyasyarin bin Jannah (yang diberitakan masuk surga) sesudah Abu Bakar.

Umar Ibnu Khathab berasal dari suku Quraisy dan bertemu dengan saudara sedaerah dengan Rasulullah saw. pada kakek mereka, yaitu Ka’ab bin Luai. Pada masa kanak-kanaknya ia mengembala domba milik ayahnya.

Sebelum masuk Islam, Umar adalah termasuk orang yang paling kejam dank eras dalam memusuhi Islam, termasuk ingin membunuh Muhammad, maka ia terkenal dengan singa darat. Dan setelah masuk Islam, ia adalah orang yang paling depan memusuhi orang-orang kafir, paling cinta kepada Rasulullah dan sangat peduli dengan Islam, dan paling tegas dalam memutuskan dengan panggilan/gelar Al-Faruq (pembela antara yang haq dengan yang bathil).

Umar Ibnu Khatab masuk Islam pada bulan Dzulhijrah pada tahun ke-6 sesudah kenabian dan kerasulan Muhammad saw. yang sebelumnya telah ada 39 laki-laki dan 23 perempuan yang masuk Islam, mendahului Umar.

Hidayah Allah yang Menyebabkan Umar Masuk Islam

Dalam kalangan kaumnya Umar Ibnu Khathab termasuk laki-laki yang paling kuat, paling berani, yang paling disegani dan berpengaruh, sehingga ia terkenal dengan singa padang pasir. Mendengar suara langkahnya saja, membuat bulu roma merinding dan hati dag dig dug.

Pada suat hari Umar berjalan sambil menyandang pedang menuju ke tempat dimana Raulullah dan para sahabatnya berkumpul sebanyak kira-kira 40 orang. Pada waktu itu Rasulullah sedang berkumpul di sebuah rumah dekat bukit Assofa. Dalam pertemuan itu terdapat paman beliau sendiri yaitu Hamzah bin Abdul Muthallib; Abu Bakar Ash-Shiddiq; Ali bin Abi Thalib dan lain-lain

Di tengah-tengah perjalanan menuju ke temat Rasulullah Umar ditegur oleh Nu’aim bin Abdullah, dan langsung bertanya: “Hendak ke mana engkau, hai Umar, singa padang pasir?” Umar menjawab: “Aku sedang mencari Muhammad, akan aku bunuh, karena dialah telah meninggalkan agama nenek moyang kita dan telah memecah belah kaum Quraisy. Dia telah menghina dan mencaci maki agama nenek moyang kita.”

Nu’aim berkata: “Demi Allah, rupanya kamu telah tertipu oleh dirimu sendiri! Apakah kamu mengira bani Abdi Manaf akan membiarkanmu berjalan leluasa di muka bumi sesudah kamu berhasil membunuh Muhammad? Sebaiknya kamu pulang saja ke rumahmu, selesaikan dulu urusan keluargamu sendiri!”

Umar bertanya penuh keheranan: “siapa yang kamu makskud dengan keluargaku itu, dan apa maksudny, hai, Nu’aim?”

Nu’aim menjawab dengan lirih: “Adik iparmu dan adikmu sendiri, Said bin Zaid dan Fatimah binti Khathab, telah masuk Islam, mengikuti agama yang dibawa Muhammad. Mereka itulah yang harus kamu selesaikan dulu.”

Medengar perkataan Nu’aim itu, maka naik pitamlah Umar Ibnul Khathab. Dengan penuh kemarahan Umar berubah haluan, semula menuju tempat Muhammad, sekarang menuju ke rumah keluarganya sendiri (ke rumah Sa’id bin Zaid dan fatimah).

Pada waktu itu di rumah Sa’id sedang berkunjung seorang sahabatnya, Khabbab Ibnu Arrat sedang membaca ayat-ayat Al Qur’an di halaman mereka berdua.

Ketika Umar datang, maka fatimah (adik Umar) cepat-cepat mengambil lembaran-lembaran yang berisikan ayat-ayat Al-Qur’an dan menyembunyikannya di bawah pahanya. Padahal ketika Umar mendekati rumahnya, sudah terdengar bacaan Khatbah, sehingga Umar bertanya kepada mereka: “Syair yang telah aku dengar dadi? Saya telah diberi tahu bahwa kalian berdua telah mengikuti ajaran Muhamma. “Setelah mengatakan demikian, langsung Umar menampar dan menyerang Sa’id (Suami Fatimah).

Melihat suaminya akan sianiaya oleh Umar, maka Fatimah melompat dan berusaha mencegah kekejama kakaknya (Umar). Tapi malah Fatimah terkena tamparan sampai keluar darah dari kepalanya.]

Kejadian itu tidak membuat hati Fatimah berkecil hati, tapi malah bengobarkan semangat dan keberanian dalam dirinya. Fatimah kemudianberkata kepada kakaknya (Umar) dengan suara lantang, gagah dan berani: “Memang benar! Demi Allah kami berdua telah mejadi pengikut Muhammad, mengikuti agama yang telah dibawa Muhammad, kami berdua telah masuk Islam, kami berdua telah beriman kepada Allah, Tuhan Muhammad. Sekarang perbuatlah sesuka hatimu terhadap kami berdua, kamu tidak akan gentar! Silahkan aniaya dan pukul kami!”

Melihat kucuran dara mengalir terus dikepala adiknya (Fatimah), Umar meresa menyesal dan merasa iba, lalu ia menahan amarahnya, dan dengan suari lirih Umar berkata: “Kalau begitu, berikan saja lembaran syair yang telah aku dengar tadi agar aku dapat mempertimbangkan apa yang telah diajarkan oleh Muhammad kepadamu.”

Fatimah kemudian memberikan lembaran ayat-ayat Al-Qur’an (yang disangka oleh Umar sebagi syair) kepada kakaknya. Lembaran itu baearisikan surat Thaha. Setelah selesai dibaca oleh Umar, maka Umar berkata: “Alangkah indahnya untaian kata-kata ini dan mulianya.”

Mendengar ucapan Umar itu, maka keluarlah Khabbab dri persembunyiannya serta berkata: “Hai Umar, demi Allah, aku berharap Allah telah memilihmu untuk menerima dakwah nabi-Nya. Kemarin aku mendengar Rasulullah saw. berdo: “Ya, Allah, teguhkanlah Islam ini dengan masuknya Abi Jahal atau Umar Ibnu Khathab sebagai orang Islam!”

Kemudian Umar berkata kepada Khabbab: “Wahai Khabbab tunjukkanlah padaku di mana Muhammad berada, aku akan menemuinya dan menyatakan masuk Islam di hadapannya,”

Setelah diberitahu oleh Khabbab keberadaan Muhammad beerta sahabatnya, maka Umar berangkat menuju tempat Muhammad sambil menyandang pedangnya. Dan sesampainya di pintu rumah di mana Muhammad dan para sahabat berada, lalu ia (Umar) mengetuk pintu.

Salah seorang sahabat Rasul mengintip dari celah pintu ternyata Umar yang dating sambil menyandang pedang yang terbungkus. Melihat demikian, para sahabat merasa ketakutan dan langsung memberitahu kepada Rasulullah saw.

Untuk melindungi keselamatan jiwa Rasulullah, maka Hamzah bi Abdul Muthallib berkata kepada Rasulullah: “Apakah engkau mengizinkan aku untuk menghadapinya? Kalau dia bermaksud baik, maka kita layani dengan baik, kalau bermaksud jahat maka kita layani dengan jahat pula.”

Rasulullah mengizinkan permintaanHamzah. Lalu Hamzah berkata: “Mau apa ke sini engkau, hai putra Khaththab (Umar)?” Umar menjawab: “Ya Rasulullah, aku datang untuk menyatakan beriman kepada Allah dan beriman kepada Rasul-Nya. Aku menyatakan masuk Islam dan mengikuti ajaran-ajaran yang dibawa oleh Muhammad.”

Terharu dan legalah Muhammad beserta sahabat lainnya setelah mendengar ucapan yang keluar dari mulut si pendekar daratan.

Rupannya hidayah Allah telah masuk de dalam kalbu Umar, dan ternyata doa Rasulullah telah terkabulkan dengan masuknya Umar salah seorang dari dua tokoh yang berpengaruh dan sangat disegani yaiti Abu Jahal dan Umar bin Khathab.

Allah telah menyelamatkan Umar dari jurang kesyirikan menuju kemuliaan Islam. Inilah pertama kaliny acahaya keimannan yang menyinri dan memuka hati Umar. Bagi Umar ayat-ayat Al-Qur’an adalah rahasia hidayah, penggerak dan penghidup hatinya.

Sesungguhnya dengan ini, Allah Ta’ala berfirman dala Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 23 (yang artinya):
“Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan (yaitu) Al-Qur’an yang sebagiannya menyerupai sebagian dan berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian jadi lembut kulit dan hatinya kerena mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah. Dia memberi petunjuk dengan kita itu siapa-siapa yang dikehendaki-Nya. Dan siapa yang disesatkan Allah, maka tiadalah baginya yang akan menunjuki.”

Tidak lama setelah menyetakan keislamannya, Umar bertanya kepada Rasulullah saw.: “Ya, Rasu;,mengapa kita sembunyi-sembunyi dalam menyiarkan agama kita, padalah kita berada di atas keenaran dan mereka (kaum kafir) berada di atas kebatilah?” Rasulullah saw. menjawab: “Jumlah kita sedikit, dan kamu sendiri telah memelihatnya.” Umar berkata:”Demi yang mengutus engkau dan haq, aku berjanji bahwa setiap jengkal tanah (tempat) yang pernah aku sebarkan dekafiran, akan aku datangi untuk menyebarkan keimanan dan ketauhidan.”

Komandan Perang dan Hijrah

Dan pada suatu hari Rasulullah saw. bersama kaumnya pergi menuju Ka’ bah dengan dua barisan. Barisan pertama di bawah pimpinan Hamzah, dan barisan kedua di bawah pimpinan Umar Ibnu Khathab. Kaum kafir yang melihat barisan kaum muslimin di bawah pimpinan Umar dan Hamzah tampak muram dan berkecil hati.

Juga pada suatu hari di mana kaum muslimin hendak hijrah ke Madinah, mereka seluruhnya meninggalkan kota Mekkah secara sembunyi-sembunyi, kecuali Umar yang hijrah, berangkat ke Madinah dengan terang-terangan.

Umar sengaja pergi pada siang hari dan melewati gerombolan-gerombolan Quraisy. Ketika melewati mereka, Umar berkata: “Aku akan meninggalkan Mekkah dan hijrah ke Madinah. Barang siapa yang ingin menjadikan ibunya kehilangan putranya atau ingin anaknya menjadi yatim, maka silakan menghadang aku di belakang lembah ini.”

Mendengar perkataan Umar yang gagah itu, tidak seorangpun yang berani membuntuti apalagi mencegahnya. Itulah kekuatan yang dimiliki Umar sejak awal keimanannya sampai dalam mengarungi seluruh kehidupannya.

Ketajaman dan Kelurusan Pikiran Umar

Tidak salah Rasulullah memberikan gelar kepada Umar Ibnul Khathab dengangelar Al-Faruq (orang yang pandai membedakan antara perkara haq dengan yang bathil)

Pada suatu ketika terjadi berita fitnah dan bohong (haditsulifki) yang melibatkan Siti ‘Aisyah (istri Rasulullah saw), maka Raulullah saw. bermusyawarah dengan beberapa tokoh sahabat untuk dimintai tanggapan/pendapatnya.

Ketika beliau berbicara/berdialog Umar ra., maka Umar berkata/memberikan tanggapannya: “Ya Rasul, siapakah yang mengawinkan engkau (Rasulullah Muhammad) dengan ‘Aisyah?” Nabi menjawab:”Allah-lah yang menhgawinkan aku dengan ‘Aisyah.” Umar berkata lagi: “Apakah Allah menipumu?” Raulullah berkata: ”Maha Suci Engkau, ya Allah, sesungguhnya ini adalah cerita bohong yang besar.” Setelah Rasulullah mengucaptakan kata-kata tersebut, lalu turunlah firman Allah (yang berdapat) dalam surat An-Nur ayat 16:
“Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas lagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau, ya, Tuhan kami, ini adalah dusta?kebohogan yang besar.”

Hal ini/kejadian semacam ini adalah sebuah contoh, dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang turun dalam rangka membenarkan pendapat/usulan/ide Umar ra.

Umar Ibu Khathab berkali-kali berkata pada Raulullah agar menjelaskan/memutuskan suatu keputusan yang memuaskan tentang hokum minum arak. Tidak lama kemudian setelah Umar berkali-kali berkata begitu, maka turunlah firman Allah Ta’ala yang menjelaskan tentang hukumnya arak/khomar:

“Hai orang-ornag yang beriman, esungguhnya (minuman) khomar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi masib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka dari itu jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kau mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah: 90).

Pada suatu ketika Rasulullah gendak menyalati Abdullah bin Ubai (salah seorang pemimpin kaum munafik) sebagai tanda simpatik kepada anak-anak/putra-putra Abdullah bin Ubai sebagai pejuang kaum muslimin; ditegur oleh Umar seraya berkata: Hai Rasulullah, bagaimana engkau menyelati orang munafik ini padalhk dialah yang pernah berkata: Orang-orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya.” (QS. Al-Munafiqun: 8).

Setelah Umar berkata begitu, maka turunlah ayat Al-Qur’an:
“Dan janganlah kamu sekali-kali menyalati (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan jangnlah kamu berdiri di kuburannya. Sesungguhnya mereka telah mengkhufuri Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dengan keadaan fasiq.” (QS. At_Taubah: 84).

Pada suatu hari ketika terjadi perang Badar, banyak kaum kafir Quraisy yang menjadi tawanan kaum muslimin. Dan pada biasanya bermusyawarah dengan para sahabatnya mengenai tindakan yang patut untuk diterima para tawanan itu. Hal itu dimusyawarahkan, karena Rasulullah saw. belum pernah diserahi ketegasan/ketetapan oleh Allah tentan kebijaksanaan perkara ini.

Maka Umar pun memberikan pendapatnya yaitu agar tawanan tersebut dibunuh saja; sedangkan Abu Bakar berpendapat para tawanan itu hendaklah dibebaskan dengan tebusan keluarga tawanan. Rasulullah mengambil usulan/pendapat Abu Bakar; tapi tak lama kemudian turunlah ayat yang menyatakan bahwa tawanan itu hendaklah dibunuh saja, yang mensuratkan bahwa Allah membenarkan perdapat Umar ra. ayat tersebut terdapat dalam surat Al-Anfal ayat 57. Abu Bakar yang mendengar ayat tersebut langsung menangis dan berkata: “Kalau sekiranya turun azab dari langit maka tidak akan selamat kecuali Umar.”

Kekhalifahan Umar, Keutamaan dan Perilakuya

Sebelum Abu Bakar wafat dan masih menjabat sebagai khalifah pernah berwasiat, bahwa ada suatu saat setelah sepeninggalanku (setelah wafat Abu Bakar) yang menggantikan aku dan meneruskan dakwah Islamiyah dan Umar Ibmu Khathtab. Umar Ibnu Khaththab sebagai kahlifah kedua dalam khulafaur rasyidin sesudah Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Setelah tampuk kepemimpinan/kekahalifahan diserahkan kepada Umar, maka banyak program pemerintahan Islam yang dikendalikan dengan melanjutkan siasat yang pernah diterapkan oleh Abu Bakar. Di antaranya yaitu:

a. Perlunya menempatkan panglima-panglima perang guna menakhlukkan daereh Syam (Siria) yang dijajah oleh Romawi Timur.
b. Menakhlukkan Persi di Irak.

Selama menjabar sebagai khalifah/menjalankan rod pemerintahan kaum muslimin, beliau mendapat gelar Amirul Mu’minin (pempinan orang-orang beriman).

Abdullah Ibnu Mas’ud ra. berkata: “Keislaman Umar adalah perintis jalan. Hijrahnya adalah kemenangan, sedangkan kepemimpinannya (khilafahnya) adalah merupakan rahmat (ilahiyah).”

Keislaman Umar adalah perintis, pembuka jalan, dan pendorong kaum muslimin dalam menyatakan keislaman mereka secara terbuka. Dengan adanya Umar, mereka berani melakukan shalat secara terang-terngan di hadapan masyarakat Quraisy tanpa takut diganggu.

Hijrahnya Umar merupakan kemenangan, sebab dialah yang paling bersikap tegas terhadap kaum yahudi dan kaum munafik di Madinah.

Kepemimpinan adalah rahmat, karena pada waktu itu kaum muslimin benarbenar dapat mengyati kehidupannya.

Setelah negeri Syam dapat diteklukkan dandirebut dari penjajah Romawi, Umar pergi mengunjungi Palestina. Dalam kunjunganya itu ia diminta memakai pakaian kebesaran dalam uatu upacara yang meriah. Tapi karena keteguhan dan kesadaran pada keimanannya, ia menolak semua itu dan ia tatap memakai pakaian sehari-hari.

Kepribadian yang dimiliki Umar itu telah ditempa dan dibima oleh Rasulullah saw. selama masih hidup beliau. Rasulullah saw. telah mampu membangun suatu umat, setelah mampu pula mendidik para sahabatnya seperti Abu Bakar, Umar menjadi kepemimpnan yang shaleh.

Umar ra. adalah salah seorang pemimpin umat dan dunia yang telah berhasil dibina, ditempa dan dipersiapkan oleh Rasulullah saw. utuk mengaku jabatn, janggung jawab, tanggung jewab dan mengurus segala persoalan dan peristiwa besar. Nama Umar ra. terpadu denan daulah Islam, kerajaan Persi dan Romawi dan semua kejrajaan yang tercatat dalam sejarah.

Tanpa Islam dan tanpa kenabian Muhammad orang tidak akan mendengat dan tidak akan mengetehui siapa itu Umar.

Abu Bakar memiliki sifat yang lemeh dan lembut dan tenang; sedangka Umar bersifat keras, tegas dan tegar. Itulah dua sifat yang telah dipadukan oleh Nabi saw.

Ketika menghadapi perang Badar, UMar ra. bersifat keras sua tawanan dibunuh, sedangkan Abu Bakar ra. mengusulkan agar mereka dibebaskan. Tetapi sebalikknya, ketika menghadapi kaum pembangkang (murtad) Umar ra. bersikap lunak, sedangkan Abu Bakar bersikap keras menindak mereka dengan perang.

Pada suat hari datang seorang utusan kaisar menemuninya dengan diantar oleh beberapa orang pengawak. Pada waktu itu Amirul Mukminin Umar Imbu Khaththab sedang tidur di kebun dengan berbantalkan batu bara. Melihat hal tersebut utusan kaisar berkata kepadanya: “Wahai Umar, sungguh engkau telah terbuat adil. Oleh kerena itu, engkau dapat tidur dengan enak dan aman.”

Umar ra. adalah orang yang rendah diri karena Allah; makanan dan pakaiannya sanggat sederhana. Ia tidak segan-segan membawa tempat minum di pundaknya. Ia juga menunggang kura tanpa pelan dan menunggang unta dengan berpelana daun. Tertawanya sedikit sjarang bergurau, tampak serius dan berwibawa. Umar ra. selalu memakai cincin bertuliskan/berukirkan
“Cukup kematian sebagai pelajaran, hai Umar.”

Umar ra. hanya mempunyai dua etel pakaian; tidak halal bagi Umar apabila mempunyai lebih dari dua pakaian. Pakaian yang satu digunakan untuk musim dinggin dan pakaian yang satunya digunakan pada musim panas.

Pada suat malam ketika Umar pergi ke masjid, dia mendengar tangis bayi di sebuah rumah. Mendengar tangis bayi yang menghina itu, dia menghampiri rumah tersebut. “Bertawakalkah kepada Allah, dan berlaku baiklah kepada bayimu.” Ketika pulang masih juga terdengar suara bayi tadi. Llau Umar mengetuk pintu rumah itu sekali lagi. Umar bertanya: “Mengapa semalam bayimu menangis?” Si ibu menjawab: “Wahai hamba Allah, aku mencoba memberikannya makan tetapi menolak.” Umar bertanya : “Mengapa?” Si ibu menjawab: “Bantuan pangan dari Umar hanya diperuntukkan untuk bayi yag sudah disapih.” Umar bertanya lagi: “ Berapa usia beyimu ini?” Si ibu menjawab: “Sekian bulan.” Umar bertanya lagi: “Kalau begitu cepat-cepat kau sapih anakmu.”

Sepanjang jalan Umar menangis dengan peristiwa tersebut dan ia berkat kepda dirinya sendiri: “Celakalah kamu Umar, berapa banyak anak kaum muslimin yang telah kamu bunuh. Setelah peristiwa itu, Umar menetapkan suatu keputusan yang diumumkan ke seluruh pelosok daerah dan wilayah. Bunyi urat keputusan itu ialah: “Jangan cepat-cepat menyapih bayi. Setiap bayi yang lahir mendapat tunjangan dari Negara.”

Keprihatian Umar Terhadap Anak-anak

Minggu, 18 Juli 2010

1. Abu Bakar bin abi Quhafah (Ash Shidiq)

0

Abu Bajar Ash-Shiddiq adalah orang yang pertama dari kalangan sahabat Rasulullah yang diberitakan masuk syurga (urutan pertama); dan ia adalah khalifah pertama yang pertama meneruskan perjuangan Rasullah saw. Setelah beliau wafat; dan ia pun orang yang pertama kali menerima ajaran Rasulullah (percaya kepada risalah yang dibawanya).

Abu Bakar itu adalah putra Abu Quhafah yang berasal dari suku/ kabilah yang sama dengan Rasulullah saw. Yaitu dari kabilah/suku Quraisy; meskipun dari keluarga yang berada. Abu Bakar ra. itu berasal dari keluarga Tamimi, sedangkan Rasulullah saw. berasal dari keluarga Hasyim

Abu Bakar adalah pedagang yang selalu memelihara kehormatan dan harga dirinya. Ia termasuk hartawan, mempunyai pengaruh yang sangat besar dan ia juga memiliki akhlak yang mulia. Sebelum dating Islam, iamenjadi kawan akrab dengan Muhammad saw. oleh karenanya sifatnya dan tabiatnya mirip dengan Muhammad saw. belum pernah dalam perjalanan hidupnya, ada orang yang menyaksikan bahwa Abu Bakar menyembah berhala, tidak pernah minum arak dan tidak pernah berdusta. Oleh karena itu tidaklah heran kalau berteman akrab dengan Muhammad saw. meskipun di kemudian hari Abu Bakar itu menjadi mertuanya Nabi Muhammad saw.
Nabi saw. selalu mengutamakan Abu Bakar daripada sahabat-sahabatnya yang lain, sehingga tampak menonjol di kalangan teman-teman sebayanya (di kalangan orang lain). Dari besarnya perhatian Rasulullah saw. kepadanya, maka irang sudah bisa merramalkan bahwa dia akan menjadi khalifah (pemimpin) yang sukses dalam setiap sikap dan pendirian dalam menghadapi tantangan kehidupan ini, Rasulullah saw. dalam sebuah haditsnya pernah bersabda yang menyanjung keimanan Abu Bakar: “Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh umat akan lebih berat keimanan Abu Bakar.” (HR. AL-Baihaqi).

Dalam Al-Qur’an juga banyak firman-firman Allah yang mengisyaratkan sikap dan tindakannya Abu Bakar, misalnya dalam soal kedermawanannya:

“Adapun orang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), misalnya Kami (Allah) kelak akan menyiapka baginya jalan yang mudah.” (QS. Al-Lail:5-7).

“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Teta[I (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhan Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.” (QS. Al-Lail:17-21).
Dan dalam firman-Nya yang lain Allah juga berjanji:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat:30).

Allah juga mengabadikan kejadian/peristiwa yang dialami oleh Abu Bakar dengan Muhammad saw. ketika berlindung di gua Tsur dari kejarang orang-orang kafir:
“ … sedangkan dia berdua dengan yang kedua (Abu Bakar), ketika deduanya berada dengan gua di waktu dea berkata kepada sahabatnya : “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. (QS. At-Taubah:40).

 Keimanan Abu Bajar Tanpa Keragu-raguan
Sahabar Abdullah Ibnu Abbas pernah ditanya: “Siapakah orang yang pertama kali menerima ajaran Muhammad saw. (beriman kepada Muhammad)?” Abdullah Ibnu Abbas menjawab: “ Abu Bakar Ash-Shiddiq.”

Ia mendapat gelar panggilah Ash-Shiddiq, karena ia selalau jujur, pendirian teguh dan selalu membenarkan apa yang dikatakan oeh Nabi. Perkataan/ucapan yang keluar dari mulut Rasulullah saw. selalu dibenarkan oleh Abu Bakar, dan diterimanya denga seratus tanpa keraguan sedikit pun.

Awal mulanya Abu Bakar masuk Islam ketika dia bertemu Muhammad Rasulullah saw. Ia bertanya: “ Hai Muhammad, apakah benar yang dituduhakan kaum Quraisy terhadapmu bahwa kamu meninggalkan tuhan-tuhan kita, merendahkan akal pikiran kita dan mengkhufuri ajaran-ajaran nenek moyang kita?” Muhammad saw menjawab: “ ya, benar. Sesungguhnya aku ini rasul Allah (utusan Allah) dan nabi-Nya,. Allah mengutusku adalah untuk menyampaikan risalah-Nya dan mengajakmu kepada Allah yang benar. Demi Allah, itu adalah haq. Aku (Muhammad) mengajakmu, hai Abu Bakar kepada Allah Yang Esa, tunggal, dan paruh dan taat kepada-Nya.

Kemudian Rasulullah Muhammad saw. membaca beberapa ayat Al Qur’an dengan serta merta Abu Bakar masuk Islam. Ia menkufuri patung dan berhala, dan ia menjadi mukmin yang benar dan tangguh.

Setelah dirinya masuk Islam, menerima ajaran-ajaran dan risalah yang dibawa oleh Muhammad, maka dia sebagai seorang pedagang yang jujur, dan terhormat di kalangan kaumnya, dia mengajaka orang-orang menuju kepada Allah, mengajak masuk Islam, mengajak menggunakan pila kehidupan ini diatur dengan Islam.

Abu Bakar adalah orng yang baik hati, ramah, pandai bergaul dengan kaumnya dan mudah jika berurusan dengannya. Dia termasuk keturunan bangsawan dengan suku Quraisy, dan yang paling banyak mengetahui kebaikan dan keburukan sukunya.

Orang-orang yang menerima ajakan Abu Bakar untuk masuk Islam, mau menuju kepada Allah, denganantara lain: Zubair bin Awwam;Usman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf. Mereka ini pergi menemui Rasulullah dengan diantar/disertai Abu Bakar. Rasulullah menawarkan Islam kepada mereka, lalu beliau membaca beberapa ayat Al Qur’an dab menjelaskan kebenaran ajaran Islam. Maka dengan serentak mereka menyambut dan menyatakan keislamannya. Mereka ini tergolong delapan pertama yang masuk Islam.

Satu lagi cerminan Abu Bakar Ash Shiddiq itu kepada Rasulullah saw. ialah ketika setelah peristiwa Isra yang dialami oleh Rasulullah, perjalanan satu malam dari masjidil harammenuju masjid Aqsha. Setelah peristiwa Isra’, maka orang-orang kafir Quraisy mendustakannya mendatangi Abu Bakar seraya berkata: “Hai Abu Bakar, apakah kamu mendengar apa yang diceritakan oleh temanmu itu (maskudnya Muhammad)?” Abu Bakar spontan menjawab tanpa ketakutan: “Demi Allah, kalau memang itu yang diucapkannya, pasti benar. Dia (Muhammad) memberitahu aku, bahwa berita-berita dari langit sampai ke bumi hanya dalam satu jam: baik malam atau siang aku selalu mempercayainya.”

 Gangguan yang Diterima Abu Bakar
Meskipun Abu Bakar mempunyai kedudukan yang terhormat dan mulia dalam linmgkungan kaumnya, tetapu ia juga mendapat gangguan, perlakuan yang tidak sononoh dar kaum Quraisy, akibat keimanannya terhadap ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammand (akibat masuk Islam).

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Aiti ‘Aisyah (putrid Abu Bakar): “Ketika kaum muslimin di Mekkah berjumlah sedikit mengalami tekanan dan penghinaan yang sangat dahsyat, abu Bakar minta izin kekpada Rasulullah saw. untuk hijrah ke Habasyah, maka Rasulullah mengizinkanna, dan pergilah Abu Bakar.
Ketiak sampai di suatu tempat yang bernama Burkulimad, ia Addaghnah bertanya: “Hendak kemana engkau hai Abu Bakar?” Abu Bakar menjawab: “Aku dipaksa keluar (dari Mekkah) oleh kaumku, dan aku ingin merantau di muka bumi sehingga aku dapat beribadah kepada Tuhanku, dengan baik.”

Ibnu Addahnah berkata: “ orang seperti engkau, hai Abu Bakar tidak boleh keluar atau dikeluarkan. Engkau adalah orang yang suka menolong orang yang papa,fakir miskin, suka bersilaturrahhim, suka menolong orang yang lagi sengsara dan lemah dan suka menghormati tamu. Aku bersedia menjadi pelindunmu. Kembalilah sekarang dan sembahlah Tuhanmy di negerimu.”

Maka, Abu Bakat pukang ke Mekkah bersama Ibnu Addaghnah, dan ia memberitahu orang Quraisy bahwa dialah yang melindungi Abu Bakar dan ia melarang siapapun yang mengganggu Abu Bakar.

Mengetahui hal itu (bahwa Abu baker mendapat perlindungan dari ibnu Addaghnah), maka kau Quraisy mengemukakan prasyaratan. Prasyaratannya ialah: Abu Bakar tidak akan diganggu asalkan ia tidak bersuara keras dalam beribadah karena dikhawatirkan kaum wanita dan anak-anak akan terpengaruh.
Setelah itu, Abu Bakar membangun sebuah mushollaa di halaman rumahnya. Ia shalat dan mengaji Al Qur’an di situ. Para wanita dan anak-anak kaum musyikin tertarik dan sering menyaksikanya.

Setiap habis mengji dan membaca Al Qur’an, Abu Bakar menangis di dalam musholla itu, sehingga para tokoh kaum musyrikin penasaran dan khawatir. Mereka lalu mengutus seorang untuk menemui Ibnu Addaghnah, seraya berkat: “Kami mengabulkan perlindunganmu terhadap Abu Bakar dengan syarat dia menyembah Tuhannya di rumahnya. Ia shalat dan membaca Al Qur’an dengan suara lantang. Kami semua takut anak-anak dan istri-istri kami terpengaruh. Oleh karena itu, laranglah/cegahlah dia. Kalau dia mau beribadah dan menyembah Tuhanna di rumahya, biarkanlah, tetapi kalau tidak mau, maka dia harus mengembalikan perlindunganmu.”

Kemudian Ibnu Addaghnah pergi menemui Abu Bakar seraya berkata: “ Engkau telah mengetahui perjanjianku dengan orang-orang Quraisy. Engkau tepai atau engkau kembalikan perjanjiaku?”

Abu Bakar berkata: “Aku kembalikan perlindunganmu, dan aku ridha dengan perlindungan Allah Azza wa Jalla.”

Sesudah Addaghnah pergi tidak melindunginya lagi, maka semakin gencar gangguan itu dihadapinya dengan lapang dada, kesabaran dan kekuatan iman.
Ibnu Ishaq berkata: “ pada suat ketika, Abu Bakar bersandar di dinding KA’bah.. lalu datanglah orang jahil yang tidak bermoral. Orang itu menghampiri Abu Bakar dn menaburkan pasir di atas kepala Abu Bakar.” Abu Bakar berkata (berdoa): “Ya, Tuhanku, alangkah sabar dan prmaaf Engkau. Ya Tuhanku, alangkah sabar dan prmaaf Engkau. Ya Tuhanku alangkah sabar dan prmaaf Engkau .”

 Kecintaan Abu Bakar kepada Rasulullah saw
Kecintaan Abu Bakar kepada Rasulullah bvuka didorong karena perngharapan dunia, arta kekayaan atau jabatan, akan tetapi didorong dan timbul dari aqidah dan keteguhan iman yang kuat. Kekuatan aqidah dan keteguhan Abu Bakar yang nyara dibukrtikan dalam segala situasi dan kondisi. Bukti yang nyata adalah ketika hijrah ke Madinah, untuk menghindari hinaan, cercaan dari orang-orang kafir Quraisy.

Al-Bakhaqi meriwayatkan bahwa di masa khalifah Umar ra. ada beberpa orang berbincang-bincang. Dalam perbincangan itu, orang-orang sama mengutamakan/menonjolkan Umar dari pada Abu Bakar. Berita tersebut sampai ke telinga Umar ra. lalu Umar berkata:

“Demi Allah, satu malam dari Abu Bakar lebih baik dari seluruh keluarga Umar. Satu hari Abu Bakar lebih baik dari seluruh keluarga Umar. Ketika Rasulullah saw. pergi menuju gua bersama Abu Bakar, sebentar-sebentar Abu Bakar berjalan di depan Rasulullah dn sebentar kemudian berada di belakang Rasulullh saw. bertanya: “Mengapa engkau berbuat begitu, jai Abu Bakar?” maka Abu Bakar menjawab: “Ya Rasulullah, aku ingat musuh mengerar di belakan, maka aku berjalan di belakangmu; ketika aku ingat bahwa musuh akan menghadan di depan, untuk mencelakakanmu, maka aku berjalan di depanmu.” Rasulullah saw. bertanya: “Hai Abu Bakar, kalau terjadi sesuatu apakah kamu lebih suka dirimu yang terkena dan bukan aku?” Abu Bakar menjawab: “Benar demikian, ya, Rasulullah. Demi yang mengutusmu dengan haq.” Ketika mereka berdua tiba di pintu gua, Abu Bakar berkata: “Tetaplah di tempatmu, ya, Rasul. Aku akan turun dulu untuk mengamankan gua.” Lalu Abu Bakat masuk ke dalam gua. Setelah diketahui gua itu aman, maka Abu Bakar berkat: “ Turulah, wahai Rasulullah!” Umar amat terharu dengan perlakuan Abu BAkar terhadap Rasulullah saw. maka dia berkata: Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, maka itu lebih baik dari seluruh keluarga Umar.”

 Sewaktu Perang Badar
Ketika kaum muslimin akan menghadapi perang Badar, maka keum muslimin bersiap-siap mengambil posisi si medan pertempuran; dna pada waktu itu Rasulullah masih khusuk memanjatkan doa: “Ya, Allah, jika Engkau binasakan kaum muslimin ini, maka Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi.” Pada saat itu Abu Bakar menghampiri Rasulullah seraya berkata: “Ya Rasulullah, tenangkanlah dirimu dan mantapkanlah hatimu. Sesungguhnya Allah pasti akan menepati janji-Nya dan sekali-kali tidak akan mengecewakanu!.” Mendengar perkataan Abu Bakar, hari Rasulullah saw. menjadi mantap dan tenang. Maka pantaslah bila Rasulullah saw. memberi gelar kepada Abu Bakar dengan Ash-Shiddiq (orang yang selalu benar dan membenarkan Muhammada sebagai rasul_nya).

 Peranan Abu Bakar Dalam Menghadapi PErjanjian Hudaibiyah
Pada waktu perjanjian Hudaibiyah (sebelum Mekkah dikuasai) kaum muslimin bersama Nabi saw. pergi ke Mekkah untuk berziarah ke Baitul Haram (Ka’bah). Hal itu sesuai dengan janji Rasulullah saw. kepada pafa sahabat untuk memasuki Mekkah. Ketika mereka sudah mendekati Mekkah, mereka melihat siolah-olah Ka’bah melambai-lambai menantikan kedatangan mereka. Harapan manis pun memenuhi mereka. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan berita pembatalahn ziarah atas perintah Rasulullah sesuai perintah Allah swt. Maka terjadilah kericuhan di lkalangan kaum muslimin.
Mereka tertanya kepada Rasulullah saw. “Ya, Rasulullah mengapa kita mengalah dalam urusan agama kita?” bahkan Umar pun berkata kekpadanya: “Ya, Rasulullah, bukankah kita berada diatas kebenaran dan mereka berada diatas kebatilah? Bukankah kita orang –orang beriman dan mereka orang-orang musyrik? Mengapa kita menerima penghinaan dalam urusan agama kit?” Rasulullah saw. menjawab: “Demikian itulah yang diperintahkan Allah kepadaku.”
Tetapi jawaban Rasulullah tersebut belum memuaskan Umar ra., maka dia pergi menemui Abu Bakar ra. dan berkata: “Bukankah kita semua sudah dijanjikan Nabi saw. untuk memasuki kota Mekkah?” Abu Bakar ra. menjawab: “Apakah Nabi saw. menjanjikan pada tahun ini? Alangkah kelirunya kau,hai Umar. Berpegang teguhlah kepada firasat beliau, dia benar-benar seorang rasul.” Demikian jawaban yang diberikan Abu Bakar ra. di saar kaum muslimin meragukan sabda Rasul-Nya, ia tetap beriman pada kebenaran Rasulullah saw.

 Kesetiakawanan, Persaudaraan dan Keimanan Abu Bakar
Selanjutnya kita mengetahui kesetiaan, persaudaraan serta keimanan yang dimiliki oleh Abu Bakar ra. melalui peristiwa di bawah ini.
Ketika tersiar berita wafatnya Rasulullah saw. umat Islam dilanda kepanikan, dan Umar pun kehilangan kendali dan kesadaran dirinya, maka Umar pun berkata dengan nada marah: “Muhammad, Rasulullah tidak mati. Barang siapa yang mengatakan bahwa Muhammad twlah mati, maka akan aku penggal lehernya.”
Maka pada waktu itu, Abu Bakar menghampiri Umar untuk menyadarkan dan menenteramkan hatinya dengan membacakan ayat Al Qur’an, yang seolah-olah Umar belum pernah mendengar ayat tersebut:

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apabila jika dia (Muhammad) itu wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?” (QS. Ali Imron: 144).

Mendengar nasihat ini, maka hati Umar menjadi tenteram dan ia pun segera menyadari kealpaannya.

Melihat sikap dan pendirian Abu Bakar itu, maka berkatalah Umar: “Tidakkah patur Abu Bakar itu memperoleh khabar gembira masuk syurga? Kalau dia (si Abu Bakar) itu tidak patut, maka siapa lagi yang patut dan berhak masuk syurga, padahal Rasulullah saw. telah bersabda:

“Jikalau aku boleh menunjuk dari hamba-hamba Allah seorang Kholil (kawan kesayangan), maka aku akan menunjuk Abu Bakar seorang kholil, tapi karena kesetiakawanan, persaudaraan dan keimananlah, sehingga Allah mengumpulkan kita bersama disisinya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Dalam soal infak, membelanjakan hartanya di jalan Allah, maka Abu Bakar adalah termasuk orang yang paling banyak mengorbankan diri dan hartanya di jalan Allah (menegakkan agama Allah). Abu Bakar pernah menebus tujuh orang mukmin yang paling setia, lalu dia merkekakan mereka itu dari dunia perbudakan. Oleh karena itu, Rasulullah saw. bersabda:

“Tidak seorang pun bermanfaat bagiku hartanya sebagaimana bermanfaat harta Abu Bakar.” (HR. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi).

Abu Bakar sebagai saudagar yang kaya rata, memanfaarkan kekayaanya di jalan Allah, ia membelanjakan hartanya untuk kepentingan Islam dan kaum muslimin. Baginya tidak ada gunanya mempunyai harta kalau tidak disalurkan kekpada kepentingan agama. Bukankah seluruh harta kekayaan yang kita miliki itu mutlak kepunyaan Allah? Kita ini hanya dititipi untuk memanfaatkannya sesuai dengan petunjuk dari pemiliknya.

Oleh karena itu, setiap kali ada panggilan infak fisabilillah, maka Abu Bakar segera mendatangi dan menghadap Rasulullah sambil menyerahkan seluruh harta miliknya. Rasulullah saw.bertanya: “ Apa yang kamu tinggalkan (sisihkan) untuk keluargamu dari hartamu, hai Abu Bakar? Abu Bakar menjawab: “Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Abu Na’im).

Itulah yang dikatakan keimanan yang sebenarnya. Dan itulah yang menyebabkan dia berthan dengan segala beban dalam rangka mensukseskan dakwah dan meninggikan kalimat Allah. Dan memang demikianlah seharusnya perilaku orang-orang beriman.

Pada suatu ketika Abu Bakar dipukul dan dianiaya oleh Utbah bin Rabi’ah beserta kawan-kawanya sampai pingkan. Setelahsadar, dia bertanya: “Bagaimanakah keadaan Rasulullah?” Para sahabat menjawab: “Rasulullah dalam keadaan selamat.” Abu Bakar berkata: “Demi Allah, aku tidak akan makan sesuap atau minum seteguk pun sebelum aku berjumpa dengan Rasulullah saw. ketika sudah bertemu dengan Rasulullah di sebuah rumah Daarul Arqom bin Abil Argom, Abu Bakar mohon kepada Rasulullah agar berdoa supaya ibunya mau masuk Islam. Maka Rasulullah berdoa dan Allah mengabulkan doa beliau. Dan ibunda Abu Bakar akhirnya masuk agama Islam.

 Sifat-sifat Utama Abu Bakar
Abu Bakar adalah seorang manusia yang rendah hati, lemah lembut terhadap sesame muslim tetapi keras terhadap musuh, tidak pernah belaku angkuh, apabila tertindak sewenang-wenang, baik terhadap semasa zaman jahiliyah maupun susudah masuk Islam, lebih-lebih sesudah dia menjabat sebagai khalifah. Kalau ada orang yang memujinya, dia hanya berkata: “Ya Allah, Engkau lebih mengeahui tentang diriku daripada aku sendiri.” Kalau pada saat dia naik unta, kemudian tali kendalinya jatuh, maka dia sendiri yang turun untuk mengambilnya. Ia tidak pernah menyuruh orang lain untuk mengambilnya.

Abu Bakar termasuk muslim yang pertama kali membebaskan perbudakan. Ia juga merupakan khalifah Rasulullah yang pertama: dan juga orang yang pertamadari sepuluh orang yang diberitakan/dijamin masuk syurga (Al-Muhasyasyariin bin Jannah).

Panggilan hati nuraninya mencegah makan dari sesuatu makanan yang dihasilkan dari sumber (penghasilan) yang meregukan kehalalannya. Ia selalu bersegera menyabut ajakan amal kebajikan dan santunan, seperti puasa sunah, menengok orang sakit, bersedekah, dan lain-lain sebagainya. Sehingga Umar berkata: “Aku tidak pernah mendahului Abu Bakar dalam mengamalkan kebajikan. Dia selalu mendahuluimu.”
 Penulisan dan Penghimpunan Al-Qur’an di Masa Khalifah Abu Bakar
Setelah Nabi saw. wafat dan Abu Bakar diangkat/dipilih sebagai khalifah (penerus ajaran Nabi). Maka terjadilah pembangkang membayar zakat dan gerakan keluar dari ajaran Islam (murtad) di bawah pimpinan Musailamah Al-Kadzdab. Gerakan ini segera direspon oleh Abu Bakar dengan mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Kholid din AL-Wahid. Maka terjadilah peperangan di Yamamah pada tahun 12 H. yang menimbulkan korban tidak sedikit di kalangan pasukan Islam termasuk 70 sahabat yang hafal (Hafidz) Al Qur’an terbunuh ebagai syuhada.

Peristiwa yang tragis itu mendorong Umar untuk menyarankan kepada Khalifah Abu Bakar agar segera dipilih ayat-ayat Al-Qur’an dalam mushaf/shuhuf, karena dikhawatirkan kehilangan sebagian Al Qur’an dengan wafatnya sebagian para penghafal Al-Qur’an. Karena pada waktu itu sebagian ayat-ayat Al-Qur’an banyak dihafal oleh pafa hafidz yang mati terbunuh dalam perang Yamamah, dan sebagian lagi ada ayat-ayat Al-Qur’an yang di tulis dalam batu-batuan dan dedaunan.

Ide atau usulan Umar itu diterima oleh Abu Bakar setelah diadakan diskusi dan pertimbangan-pertimbangan yang seksama. Kemudian khalifah Abu Bakar memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit agar segera menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu mushaf/shuhuf.

Zaid sangat berhati-hati dalam menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an, kelalipun dia sendiri hafal seluruh Al-Qur’an. Zabit tidak mau menerima tulisan ayat-ayat Al-Qur’an, kecuali kalau disaksikan dengan dua orang saksi yang adil bahwa ayat-ayat itu benar-benar ditulis di hadapan Nabi atas perintahnya atau petunjuknya

Tugas menghimpun ayat-ayat Al Qur’an itu dapat dilaksanakan oleh Zabit dalam waktu kurang lebih satu tahun,

Yakni antara sesudah terjadinya perang Yamamah dan sebelum wafat Abu Bakar. Dengan demikian, tercantum dalam sejarah bahwa Abu Bakar sebagai orang yang pertama-tama mempunyai ide menghimpun Al-Qur’an dan Zabit bin Tsabit sebagai orang yang pertama-tama melaksanakan penulisan dan penghimpunan Al-Qur’an dalam satu mushaf.

Mushaf Al-Qur’an karya Zabit itu kemudian disimpan oleh Abu Bkar sampai dia wafat. Kemudian dipindahkan kerumah Umar ra. sesudah Umar wafat, mushaf itu disimpan/dipindahkan ke rumah Hafhah, putrid Umar yang juga istri Rasulullah saw. sampai masa penyusunannya di masa khalifah Usman Ra.

Sayyidah Ali ra. pernah berkata: “Semoga rahmat Allah terlimpahkan kepada Abu Bakar ra. karena dialah yang paling besar ganjarannya dalam mengumpulkan AL-Qur’an.”

 Wasiat-wasiat Abu Bakar Kekpada Umar ra.
Abu Bakar Ash-Shiddiq semasa hidupnya pernah memberikan waiat-wasiat yang angat berharga dan sangat tinggi nilainya karena Umar ra. sekalipun wasiat-wasiat itu ditujuka kepada Umar, akan tetapi kita semua patut untuk mengambil pelajaran dari wasiat-wasiat Abu Bakar tersebut. Wasiat-wasiat Abu Bakar tersebut adalah sebagai berikut:

“Hai Umar ra. aku menunjuk engkau sebagai khalifah sesudahku dan berpesan kepadamu agar bertakwa kepada Allah. Bagi Allah, ada amalan yang harus dikerjakan pada siang hari yang tidak dapat diterima-Nya pada malam hari. Allah tidak akan menerima amalan tambahan (nafilah) sehingga dikerjakan yang wajib. Orang-orang yang berat timbangan amal kebjikannya di hari kiamat nanti adalah merek yang mengikuti kebenaran di dunia. Tetapi orang yang selama di dunia condong dan mengikuti kebtilan, maka timbangan kebajikannya akan ringan. Allah memanggil ahli syurga dengan menybut perbuatan mereka yang baik dan membatasi amal mereka yang buruk. Kalau aku ingat mereka, aku berkata: “Aku takut menjadi serupa mereka. Dan Allah memanggil ahli neraka dengan perbuatan mereka yang paling keji. Bila aku mengingat mereka, aku berkata: Aku berharap tidak menjadi serupa mereka. Allah menyebut ayat rahmat bersama dengan ayat azab dan siksa agar manusia tertarik untuk mengikuti, terancam lalu menjauhi kebatilan.”

Pesan selanjutnya:
“Hendaklah manusia mengharap kebajikan dari Allah, jangan menjeruuskan diri ke dalam kibinasaan. Kalau engkau telah meresapi pesan-pesanku ini, janganlah ada sasuatu yang ghaib yang paling engakau segani selain kematian yang pasti akan menimpa dirimu. Tapi kalau engkau mengesampingkan pesanku, maka tidak aa sesuatu yang ghaib yang lebih engkau benci daripada kematian dan engkau tidak akan bisa menghindar dari azab Allah.”

 Pujian Siti Aisyah terhadap Kebaikan Abu Bakar
Aisyah adalah putri Abu Bakar yang sekaligus menjadi istri Rasulullah saw.
Setelah Abu Bakar wafat, maka Siti ‘Aisyah berdiri dekat kuburan seraya berkata: “Allah menyinari wajahmu dan mensyukuri amal usahamu yang shaleh. Engkau merendahkan dunia dengan hidup membelakanginya dan engkau memuliakan akhirat dengan hidup mengahadapinya. Bencana paling besar sesudah wafatnya Rasulullah saw. adalah kematianmu dan musibah terbesar adalah kepergianmu dan sebaik-baik pengganti dari kamu. Aku akan memohon janji Allah dengan limpahan kesabaran dan dengan ikhlas aku akan memohon pengmpunan bagimu.”

 Wafatnya Abu Bakar
Abu Bakar wafar pada usia 63 tahun, sama dengan usia wafatnya Rasulullah saw. tepatnya pada hari senin malam selasa, antara Magrib dengan Isya’ tanggal 22 Jumadil akhir tahun 13 Hijriah. Abu Bakar menjabat kekhalifahan selama 2 tahun 3 bulan lebih 10 hari. Dia meninggalkan 5 irang anak, 3 laki-laki dan 2 perempuan, yaitu Abdullah, Abdurrahman, Muhammad, Aisyah, (istri Rasulullah saw) dan Asma’ (istri Zubair bin Awwan).

Sepuluh Sahabat Rasul Yang diberitakan Dijamin Masuk Syurga

0

Mereka (sepuluh sahabat Rasul yang diberitakan dan dijamin masuk syurga adalah kawan dab pendamping setiap dalam segala suka dan duka, dalam kesulitan bersama Rasullullah saw,

Amal perbuatan, perilaku dan pengorbanannya yang mereka persembahkan kepada Rasullulah. Adalah menjadi teladan bagi umat manusia yang hidup di belakang mereka. Dari sejarah mereka, tiada seorangpun yang pernah absen dalam membela panji Islam, dan tiada seoangpun dari mereka yang lupa akan tujuan utamanya yaitu akhirat. Puncak tujuan mereka adalah keridhaan Allah swt. Rasul-nya. Maka tantaslah mereka itu mendapatkan panggilan sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quran:

“ Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu denganhati yang puasa (ridha) lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30).

Jadikanlah keteladanan mereka, perilakku hidup mereka sebagai petunjuk ke jalan syurga yang terang benderang. Ikutilah jejak mereka dan hiasilah diri kita dengan sifat-sifat utama mereka.

Ke sepuluh sahabar Rasul yang diberitakan, di beri khabar dan sekaligus di jamin masuk syurga adalah:
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq.
2. Umar Ibnu Khaththab.
3. Usman Bin Affan.
4. Ali Bin Abi Thalib.
5. Thalhah Bin Ubaidillah.
6. Zubair Bin Awwam.
7. Abdurrahman bin Auf.
8. Sa’ad Bin Abi Waqash.
9. Sa’id Bib Zabit.
10. Abu Ubaidillah bin Al-Jarrah.

Mereka ini saling berlomba-lomba dan saling mendahului dalam meraih kebaikan hidup di dunia dan di akhirat, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah swt.
“ Dan orang-orang yang paling dahulu beriman. Mereka itulah yang didekatkan (kepada Allah). Mereka berada dalam syurga-syurga kenikmatan.” (QS. Al-Waqi’ah: 10-12).

Apabila kita mengkaji peri kehidupan sepuluh orang sahabat yang mendapat kabar gembira masuk syurga itu, maka kita melihat bahwa mereka memang beramal shaleh, memiliki pendirian, sikap dan pengorbanan terhadap agama Allah.

Kamis, 15 Juli 2010

Kenapa ada kecewa

0

Kita manusia dilahirkan sebagai makhluk yang lebih sempurna du bandingkan makhluk lainnya,
Kenapa….?
Karena kita dikaruniai akal fikiran dan juga nafsu
Dari nafsu mempengaruhi fikiran untuk berharap
Dan terkadang harapan itu terlalu besar
Dan terkadang menakibatkan ketergantungan terhadap harapan itu
Saat harapan itu nyata
Kita akan sangat senang
Dan mungkin akan terasa biasa saja
Karena kenyataan itu sudah kita bayangkan terlebih dahulu
Namun……!!!
Saat harapan itu tak nyata
Kita akan sangat merasa, sedih, marah dan mungkin putus asa
Dan itu lah namanya kecewa
Kesimpulannya:
Hidup ini tak pasti, hanya Allah SWT yang mengetahui segala kepastian.
Jadi jangan terlalu berharap dengan segala kepastian yang tak pasti dalam hidup ini
Jika tak ingin kecewa
Yang terpenting adalah berusaha berdoa kepada yang kuasa dan bersabar dan bersyukur atas semua yang kita terima dari-Nya.

Harapan dalam hidup

0

Bukanlah hal yang membanggakan
Bila kita berharap dalam segala kehidupan di dunia ini
Karena Tuhan menciptakan dunia dan seisinya ini
Sudah sempurna
Untuk di jaga, digunakan dan dilestarikan
Bukan untuk di harapkan namun diusahakan
Dengan menjaga dengan sebaik-baiknya
Digunakan sebagaimana mestinya
Dan dilestarikan agar tetap ada
Selalu berharap mengakibatkan kita kurang bersyukur kepada Tuhan
Dan kebanyakan bersyukur
Juga mengakibatkan kita sering kecewa
Boleh berharap namun tetap mengingat
Bahwa segala kepastian akan harapan kita
Semuanya kuasa Tuhan….

Memotifasi diri sendiri lebih baik dari pada mengharap orang lain menjadi motifator

0

Memotifasi diri sendiri lebih baik dari pada mengharap orang lain menjadi motifator

Di dunia ini,..
Kita hidup selain jadi makhluk sosial juga sebagai makhluk individu
Dalam arti
Yang bertanggung jawab akan jiwa dan raga kita
Ya kita sendiri, bukanlah orang lain
Kenapa kita merasa bahagia dan kecewa
Itu tergantung pada kita sendiri
Bagaimana kita berfikirt dan menyikapinya
Oleh karena itu
Dari pada kita berharap dan bergantung pada orang lain
Yang belum tentu sesuai dengan kita harapkan
Alangkah indahnya
Kita memotifasi diri senditi
Agar kita lebih bisa menghargai dan bangga
Pada diri sendiri atas apa yang kita lakukan
Namun tetap terbuka pada pendapat dan pandangan orang lain
Sebagai pembelajaran agar bisa melakukan yang lebih baik lagi

Indahnya berbagi

0



Kepedulian, kebersamaan dan berbagi
Tak hanya kepada sendiri
Tapi juga kepada orang lain adalah
Hal yang membahagiakan jika kita lakukannya tanpa paksaan
Bukanlah hal yang merugikan
Namun ketenangan yang mengandung arti yang tak dapat di ungkapkan indahnya

Senin, 12 Juli 2010

Saat rasaku bersamamu

0


Sungguh terasa hangat
Saat kau berikan perhatianmu padaku
Saat kepedulianmu, sayangmu dan cintamu tertuju padaku
Saat kurasakan senyum dan tawamu bersamaku
Dan saat kita bayingkan bersama masa depan yang indah

Namun
Sungguh terasa dingin dan sepi
Saat kau tujukan sikap cuekmu padaku
Saat ku merasa kau tak peduli lagi padaku
Saat ku dengar tawamu bersama orang lain tanpaku
Dan saat ku sadar bahwa bayanganku hanyalah harapan saja

Tapi
Memang beginilah hidup
Ada suka ada duka
Dan ku syukuri itu semua
Ku harap kita bisa saling mengerti
Dan kuharap kubisa laluinya bersamamu
Selalu bersamamu
Kasihku ……

Tentang hidup

0



Hidup kita adalah sekarang yang kita jalani
Bukan kemaren yang kita lalui dan menjadi kenangan
Bukan pula nanti yang kita harapkan
Dan belum tentu jadi kenyataan untuk kita miliki

Karena “sekarang” adalah takdir kita
Maka masa depan dan masa lalu sesungguhnya tidaklah berarti
Itu berarti,
Kebahagiaan bagi siapa yang percaya
Karena sesungguhnya “percaya” itu sangatlah penting
Percaya pada kekuatan sendiri untuk merubah nasib
Mengapa……?
Karena orang yang tidak “percaya”
Tidak akan pernah bisa melampaui takdirnya.

Dan setiap manusia akan baik-baik saja
Meskipun tidak mempunyai banyak kenengan indah
Asal ada satu yang membekas,
Itu sudal lebih dari cukup
“Itulah keunikan manusia”

Caraku mempelajari dan menjalani HIDUP

0

Menurutku

Hidup ini adalah perjalanan suatu proses bagi siapa yang mengerti untuk belajar dan menjalaninya.

Belajar untuk menjadi yang terbaik menuju yang lebih baik lagi dan menjalankannya untuk mencapai akhlakul karimah, mengetahui hakekat dan mencapai ma’rifatullah.

Dengan keteguhan dan kepercayaan hati untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi agar sampai kepada-Nya.

Namun

Belajar untuk menjadi lebih baik tidak lah mudah, apalagi menjalankannya,…

Karena di dunia ini selain kebaikan ada juga keburukan yang menggoyahkan keyakinan kita untuk menjadi lebih baik.

Maka jika kita bisa melawan segala keburukan yang akan, sudah ataupun sedang terjadi insyaallah kita akan benar-benar menjadi lebih baik untuk mencapai kebenaran hidup

Tapi tetaplah diingat bahwa manusia tidaklah sempurna.

Dan kesempurnaan hanyalah Dia Tuhan Yang Maha Esa.